SEMARAPURA, BALIPOST.com – Fotografi selain seni, tapi juga sebagai media untuk menyampaikan berbagai informasi, seperti potensi wilayah maupun nilai sosial ke masyarakat. Hal inilah yang menjadi sudut pandang dari Komunitas Fotografi Focus Klungkung. Komunitas yang terbentuk pada 2017.

Menelusuri jejaknya, awalnya komunitas ini hanya diikuti belasan remaja. Tentunya memiliki hobi fotografi.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak. Kini telah mencapai puluhan orang. “Focus Klungkung awalnya jadi tempat kumpul dan diskusi remaja yang suka fotografi. Mulai dari ngerumpi masalah gear seperti kamera dan lensa, tentang tekning foto, hingga jualan kamera dan lensa,” ujar Ketua, Eka Mita Suputra.

Sama halnya dengan komunitas fotografi lainnya di Bali, komunitas ini juga ingin berkembang dengan membuat event hunting foto bersama dengan perpektif sendiri. Fotografi dianggap tidak sebatas menampilkan gambar yang indah dan cantik.

Baca juga:  Revitalisasi Pasar Seni Sukawati Batal, Pasar Darurat Mubasir

Namun, lebih pada bagaimana memperkenalan kehidupan sosial dan potensi suatu wilayah khususnya di Klungkung. “Beranjak dari itu, kami buat event hunting foto bertema Semarapura Ekposure. Sebelum itu, tentu sempat berdiskusi banyak dengan penggiat fotografi lainnya,” jelasnya.

Semarapura Ekposure pertama misalnya. Digelar pertengahan 2017 lalu di Banjar Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan.

Saat hunting, mereka tidak sekedar menampilkan model cantik dan menawan. Namun mereka lebih menonjolkan konsep human interest dan menjadikan kehidupan sosial masyarakat lokal sebagai perajin gula merah sebagai objek utama. Ini pun turut diikuti para fotografer dari berbagai daerah.

Baca juga:  Laju Penularan Covid-19 di Tingkat Komunitas dan Keluarga

“Foto yang dihasilkan dari hunting foto bersama ini dapat menjadi media edukasi bagi masyarakat, jika di Klungkung masih ada warga yang bertahan membuat gula merah dengan cara yang tradisonal. Melalui foto ini, mereka juga tahu bagaimana produksinya secara tradisional dan dapat dikembangkan menjadi salah satu komoditi bagi masyarakat Klungkung,” kata pemuda jebolan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana ini.

Potensi lainnya seperti pembuat kerajinan anyaman tikar, dan pembuatan sangkar burung oleh kakek yang sudah lanjut usia juga turut menjadi objek. “Foto ini akan banyak disahare di medsos. Secara tidak langsung juga memperkenalkan potensi Klungkung kepada khalayak umum,” ungkapnya

Baca juga:  Konstruktif, Munculnya Sanggar untuk Penguatan dan Pemajuan Budaya

Setelah sukses dengan event itu, komunitas ini kembali merancang event serupa yang helatanya digelar di Danau Teh Malet, Desa Antiga, Karangasem. Lokasi ini juga dipilih karena dipandang memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai objek wisata.

Khusus untuk tahun ini, juga tengah dirancang event hunting amal. Rencananya event digelar Juni, dengan mengambil lokasi di Nyoman Gunarsa Museum, Banjar Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan. “Pada intinya, fotografi bagi kami tidak sekedar seni. Lebih dari itu, bagaimana bisa berpikir out the box untuk memperkenalkan potensi dan kehidupan sosial masyarakat,” cetusnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *