DENPASAR, BALIPOST.com – Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Bali menggelar jamuan makan malam dengan mengundang jurnalis Bali Post dan Bali TV, Sabtu (2/6). Dalam acara yang berlangsung akrab tersebut banyak hal yang dikemukakan Konjen RRT Denpasar, Gou Haodong untuk mempererat hubungan Tiongkok dengan Indonesia, khususnya Bali.
Ia yang baru dua bulan bertugas di Bali mengaku sangat terkesan dengan suasana Bali. Ia juga berharap ada kerjasama yang bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali. Ia meyakini masih banyak potensi kerjasama yang bisa digali antara Bali dengan RRT.
Saat ini, berdasarkan data jumlah kedatangan per negara, Tiongkok menduduki peringkat pertama melampaui Australia. Data Januari-April 2018, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok ke Bali mencapai 425.396 orang atau menguasai sekitar 23,53 persen dari total wisatawan yang datang ke Bali pada periode itu.
Jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok ini melampaui Australia yang pada periode sama kedatangannya mencapai 340.711 orang atau mencapai 18,85 persen. Di posisi ketiga adalah wisatawan India dengan jumlah kedatangan 114.160 orang.
Menurut Konjen RRT Denpasar, kekuatan Bali ada di budaya dan ajaran Tri Hita Karana. Keduanya ini merupakan modal yang tidak dimiliki destinasi wisata lain sehingga Bali tetap menjadi destinasi favorit. “Saya berharap wisatawan Cina ke Bali bisa meningkat sehingga bisa memperkokoh hubungan kedua negara di segala bidang,” ucapnya.
Ia juga menyebutkan peran media massa dalam menyebarkan informasi sangat besar pengaruhnya untuk peningkatan kunjungan. Gou menyebutkan sejauh ini ulasan positif terkait Bali dan Tiongkok membuat ketertarikan warga Tiongkok ke Bali menjadi lebih besar. “Kami siap membantu untuk meningkatkan dan mempererat kerjasama antara Bali dengan Tiongkok, sehingga jumlah warga Tiongkok yang datang ke Bali bisa meningkat,” sebutnya.
Diharapkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali bisa meningkatkan pula kerjasama di bidang ekonomi dan budaya. Terlebih, budaya Tiongkok dan Bali memiliki kemiripan. “Selama dua bulan menjabat, saya merasa Bali seperti kampung halaman,” kata pria ramah yang lama bertugas di Afrika dan Eropa ini. (Diah Dewi/balipost)