TABANAN, BALIPOST.com – Selain limbah padat, layanan rumah sakit juga menghasilkan limbah cair. Sama seperti limbah padat, jika tidak diolah terlebih dahulu limbah cair ini bisa mengancam kelestarian lingkungan. BRSU Tabanan sendiri rata-rata menghasilkan 30 meter kubik hingga 60 meter kubik limbah cair setiap harinya. Dalam mengelola limbah cair ini, BRSU sendiri telah memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Direktur BRSU Tabanan, dr.Nyoman Susila, Selasa (5/6) mengatakan Rumah Sakit melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan berbagai jenis limbah cair seperti kegiatan di laboratorium, gizi, laundry, rontgent, rawat inap dan unit-unit pelayanan kesehatan. Dilihat dari karakteristiknya, limbah kegiatan RS merupakan limbah yang berbahaya sehingga perlu mendapat pengelolaan khusus.
“Limbah cair rumah sakit kemungkinan mengandung mikro-organisme. Bila tidak ditangani dengan baik, akan dapat mencemari lingkungan sekitarnya dan bisa menyebabkan infeksi nosokomial. Maka dari itu air limbah rumah sakit harus diolah sebelum dibuang ke badan air,’’ jelasnya.
Sumber-sumber limbah cair di BRSU Tabanan berasal dari pelayanan medik meliputi ruang rawat inap, ruang rawat jalan, unit gawat darurat, ICCU, ruang bedah, ICU, NICU, PICU, ruang bersalin dan ruang haemodialisis.
Sementara limbah cair yang berasal dari layanan penunjang medik meliputi layanan lab, farmasi, pencucian linen/laundry, dapur/gizi, radiologi, pemulasaran jenazah dan sterilisasi (CSSD). Limbah cair juga berasal dari layanan administrasi dan fasilitas sosial meliputi ruang kantor, kantin, tempat ibadah, dan worksop/bengkel.
Dalam mengelola limbah cair ini, BRSU menggunakan sistem gravitasi dan memakai pompa. Untuk sistem gravitasi dapat dilakukan bila ada perbedaan tinggi permukaan tanah antara sumber dan pengolahan , dengan syarat kemiringan minimal 2,5 %, dan setiap jarak 15 meter atau pada setiap perubahan aliran dipasang bak kontrol. Sementara untuk sistem pemakaian pompa diterapkan jika letak sumber limbah cair sama atau lebih rendah dari tempat pengolahan.
Susila melanjutkan pengelolaan limbah klinis cair yang digabung dengan air limbah umum menggunakan system aerobic bio filter yaitu pengolahan air limbah melalui proses pembusukan anaerobic dengan menambahkan EM4 (mikroorganisme) dan aerobic (proses reduksi BOD dan COD) melalui suatu filter/saringan.
BRSU Tabanan sendiri saat ini memiliki tiga tangki IPAL. Dimana limbah cair ditampung ke dalam tangki tersebut dan kemudian diolah sesuai sistem sebelum dibuang ke badan air. Daya tampung tiga tangki tersebut cukup untuk menampung limbah yang dihasilkan dari layanan RS dengan kapasitas 400 hingga 500 tempat tidur. Sementara saat ini BRSU memiliki 224 tempat tidur.
Untuk mengetahui hasil dari pengelolaan limbah apakah aman dibuang ke lingkungan,terdapat kolam indikator yang berisi ikan. Hasil pengelolaan limbah ada yang dialirkan ke kolam indikator tersebut. Selain itu secara rutin pihak BRSU juga melakukan pemeriksaan kualitas air secara fisika, kimia dan biologis ke Laboratorium Kesehatan Kabupaten dan Propinsi. Hasil terakhir yaitu bulan Mei 2018 dari sembilan unsur yaitu Suhu, zat padat terlarut, total suspended solid, pH, Anomia Nitrogen, BOD, COD, senyawa aktif biru metilen serta minyak dan lemak semua masih dibawah angka maksimal yang diperbolehkan. (wira sanjiwani/balipost)