SEMARAPURA, BALIPOST.com – Panen jagung manis di Kabupaten Klungkung tak membuat petani tersenyum sumringah. Harga jualnya anjlok, berada dibawah biaya produksi. Hal tersebut diduga akibat serbuan pasokan dari daerah Jawa ke pasar.
Kondisi demikian dirasakan petani di Subak Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung. Sesuai informasi, Jumat (8/6), harga jagung per are kisaran Rp 150 ribu. Tidak mampu menutupi biaya produksi yang mecapai Rp 180 ribu yang diperuntukkan pembelian pupuk maupun obat-obatan. “Harga jagung murah. Petani rugi. Harga jual tidak sebanding dengan produksi,” jelas petani, Putu Suwidharma.
Serbuan jagung dari luar Bali, seperti Jawa Timur diduga menjadi penyebab. Petani pun tak bisa berbuat banyak menghadapi kenyataan pahit itu. Beberapa juga ada yang mengurungkan untuk kembali menanam. Yang bertahan kini hanya petani pemula. “Yang sudah sering menanam, sudah ada berhenti. Ini tinggal yang baru-baru saja,” ucapnya.
Meminimalisasi kerugian, petani juga ada menjual batang jagung yang sudah dipanen, meski harganya tidak seberapa. Itu biasanya dipakai untuk pakan gajah. “Itu bisa menambah pemasukan. Biasanya ada yang mencari kesini bawa truk. Kalau saya tidak pernah jual,” imbuhnya.
Kondisi demikian juga dibenarkan pengepul I Wayan Buda. Dijelaskan, harga jagung per biji yang biasanya Rp 2000, kini hanya terjual kisaran Rp 1000 sampai 1.200. “Ya harga memang murah. Kalau yang kecil, lebih murah lagi,” katanya. Dismapaikan lebih lanjut, penjualan tak hanya dilakukan di pasar wilayah Klungkung, tetapi juga Denpasar. “Penjualan tergantung permintaan,” jelas petani asal Desa Gelgel ini.
Khusus untuk kualitas panen, sebutnya tergolong baik. Ukurannya rata-rata besar. Tidak ada yang membusuk. “Petani kalah di harga. Biaya produksi yang tinggi. Apalagi jagung manis, perlu pupuk lebih banyak,” tandasnya. (sosiawan/balipost)