GIANYAR, BALIPOST.com – Pembangunan areal parkir pada Museum Subak yang berlokasi di kawasan pesisir Pantai Masceti, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh sudah dipastikan batal tahun ini. HL ini lantaran terkena dampak rasionalisasi anggaran pada APBD 2018.

Sebagai gantinya tahun ini akan ada pembangunan lanskap dan arena permainan anak-anak di museum itu yang menggunakan kucuran dana sebesar Rp 3 miliar dari pusat.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar,  I Gusti Ngurah Wijana, Jumat (8/6) mengatakan rasionalisasi APBD tahun ini sudah berdampak pada sejumlah rencana pembangunan terutama pengerjaan fisik. “Penataan parkir Museum Subak kena dampak rasionalisasi anggaran. Sebanyak Rp 2.025.879.750 yang dihilangkan,” ungkapnya.

Baca juga:  Ny Putri Koster "Blusukan" Serap Aspirasi Perajin

Namun syukurnya berkat perjuangan di pusat, proyek pengerjaan Museum Subak tetap berjalan dengan pembangunan landskip dan permainan anak-anak. “Tapi tahun ini, pusat kucurkan dana Rp 3 M untuk lanskap dan permainan anak-anak,” jelas I Gusti Ngurah Wijana.

Lanskap ini nantinya akan menggambarkan miniatur Sawah dan Subak di Bali,  khususnya di Gianyar. Lanskap ini pun mengambil lokasi di luar museum, yakni di sebelah kawasan rumah tradisional Bali.

Dijabarkan setelah Museum Subak Gianyar ini jadi secara utuh, Ngurah Wijana mengatakan Gianyar akan punya destinasi wisata baru. “DAS (Daerah Aliran Sungai)  Pakerisan sudah diakui Unesco dari  hulu ke hilir, termasuk Museum Subak ini,” terangnya.

Beberapa objek wisata yang dilalui Das Pakerisan seperti  Pura Tirta Empul, Pura Mengening, dan Pura Gunung Kawi akan digunakan sebagai daya tarik. Kemudian Museum Subak yang berada di hilir muara pantai Masceti,  akan menjadi persinggahan pertama. “Konsepnya, mengusung program One Day River Tour atau One Day Culture Tour. Jadi, seharian wisatawan akan berwisata di sepanjang DAS pakerisan,” terangnya.

Baca juga:  Atlet Panahan Bali Persiapan Seleknas SEA Games

Untuk membuat para wisatawan terkesan, di Museum Subak pun akan disajikan panorama pantai dan aktifitas live para petani. “Kita kerjasama dengan petani, dari pagi sampai jam 10 para petani akan beraktifitas biasa di sawah.  Jadi wisatawan bisa melihat langsung, mulai dari membajak sawah, menanam bibit hingga panen,” jelasnya.

Dari Museum Subak, wisatawan pun akan diajak ke Catus Pata Kota Gianyar.  Melihat sisi luar Puri Gianyar, Pasar Gianyar,  Lapangan Astina, makan siang, lalu menuju Pura Samuantiga, kemudian ke utara mengunjungi Pura Pengukur-ukuran, Gunung Kawi, Mengening, terakhir Pura Tirta Empul. “Sehingga komplit,  Gianyar sebagai kota pusaka yang diakui OWHC,” ujarnya.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Masih Terus Dilaporkan Bali, Hasil Penelusuran Ada 3 Penyebabnya

Ngurah Wijana berharap, 2019 nanti Museum Subak sudah rampung sshingga program tour ini bisa terwujud. Tahun ini batal dilaunching karena Bupati AA gde Agung Baratha keburu lengser. “Penjabat kan tidak bisa,  jadi tunggu Bupati baru yang definitif,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *