BANGLI, BALIPOT.com – Setiap desa memiliki berbagai tradisi unik yang merupakan warisan dari lelulur mereka. Seperti yang bisa ditemui di Desa Pakraman Banjar Serokadan, Susut, Bangli.

Masyarakat adat rutin menggelar Ngelawang Agung atau disebut juga Barong Ngunya setiap hari raya Kuningan. Bendesa Adat Desa Pakraman Serokadan, I Dewa Gede Oka, mengungkapkan, ngelawang Agung disebut juga Barong Ngunya setiap hari raya Kuningan.

Baca juga:  Deteksi Dini, Sinergi Polri-TNI Diperkuat

Kata dia, berbeda dengan ngelawang pada umumnya, ngelawang agung yang digelar pada Kuningan ini menggunakan seluruh duwe desa, yakni berupa delapan buah barong yang disakralkan. Seperti ratu lingsir, ratu gede anom, ratu mas, ratu gede tameng, ratu gede alit. “Khususnya ratu lingsir, ini merupakan duwe desa yang paling tua. Usianya dipercaya telah mencapai ribuan tahun. Tradisi ini bertujuan untuk pembersihan lingkungan dari energi-energi negatif,” ucapnya.

Baca juga:  Danau Terdegradasi, Bali Kekurangan Air Baku

Prosesi ngelawang agung, kata Dewa Gede Oka, digelar pada pukul 13.00 wita hingga sore hari. Prosesi diawali dengan sebuah upacara, dilanjutkan dengan barong-barong yang disakralkan medal secara bersamaan, dan berkumpul di suatu tempat.

Jelas Gede Oka, ngelawang agung tidak dilaksanakan dengan mengunjungi rumah per rumah milik warga, melainkan berjalan hingga ke ujung-ujung desa, sesuai dengan arah mata angin. Mulai dari ujung utara, ujung barat, ujung selatan, hingga ujung timur.

Baca juga:  Protes PPDB SMP di Denpasar, Orangtua Siswa Serbu Rumah Pintar

Oleh warga sekitar, proses ini disebut dengan nyatur desa. “Setelah nyatur desa, delapan barong sakral berkumpul di tengah (catus pata). Biasanya, dalam setiap ngelawang agung, seluruh masyarakat sekitar maupun luar, tumpah ruah ikut menyaksikan acara ini,” ujarnya (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *