RSUP Sanglah. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Selama cuti Lebaran yang ditetapkan pemerintah pusat dari 11 hingga 20 Juni, RSUP Sanglah hanya libur selama 3 hari. Yakni dari 14 hingga 16 Juni.

Yang tutup adalah poliklinik. Sedangkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) disiapkan dokter on side dan on call. “Untuk hari Lebaran atau Idul Fitri akan ada cuti bersama yang dimulai tanggal 11-20 Juni. Tapi khusus RSUP Sanglah hanya mengambil cuti bersama tanggal 14 Juni. Sedangkan tanggal 15 – 16 Juni kan libur resmi, tanggal  17 hari Minggu. Tanggal 11 – 13 Juni kita tetap melakukan pelayanan seperti biasa,” beber Dr. dr. I Ketut Sudartana, Sp.B-KBD., Plh. Direktur Utama RSUP Sanglah, Senin (11/6).

Kebijakan ini diambil karena Bali baru saja merayakanan hari raya Galungan dan Kuningan dengan libur 3 hari. Libur selama 3 hari itu mengurangi jumlah pasien yang datang ke RSUP Sanglah.

Baca juga:  Satu Kabupaten Nihil Tambahan Kasus COVID-19 dan Pasien Sembuh

Maka dari itu, untuk memberikan layanan yang optimal, libur Lebaran hanya selama 3 hari. Di samping itu, karyawan RSUP Sanglah sebagian besar non Muslim, hanya 127 yang Muslim. “Maka untuk karyawan yang Muslim, berlaku libur dari tanggal 11 – 20 Juni, sedangkan yang non Muslin hanya libur tanggal 14 – 17,” tandasnya.

Libur selama 3 hari, pasien poliklinik diarahkan ke IGD. Di IGD, ia telah menyiapkan dokter spesialis 24 jam.

Ada 6 dokter sepesialis yang berjaga. Terdiri dari dokter spesialis bedah umum, penyakit dalam, kandungan, anak, radiologi, anastesi. Sistem ini telah lama dilakukan yaitu sejak 2 tahun di saat libur bersama.

Baca juga:  Nihil, Indikasi Mahasiswa ke Arah Radikalisme di Bali

Selain itu juga ada dokter on call. “Begitu ada pasien, mereka (dokter spesialis) ditelepon, dipanggil oleh IGD, menyampaikan ada pasien yang perlu penanganan. Yang jaga on call respond time-nya 30 menit harus sampai di rumah sakit,” ujarnya.

RSUP Sanglah mempunyai 350 dokter spesialis, diperkirakan hanya 10 dokter spesialis yang Muslim. Dengan demikian, tidak akan menggangu pelayanan selama libur Lebaran.

Ia juga telah menyiapkan sarana dan prasarana seperti obat yang disediakan untuk kebutuhan selama 4 hari libur. Alat kesehatan juga disiapkan, sehingga ia menjamin tidak akan terjadi kekurangan obat saat libur tersebut.

Menurutnya, Lebaran di Bali tidak terlalu mempengaruhi tingkat kunjungan pasien. Bahkan yang mempengaruhi kunjungan pasien adalah saat hari raya Galungan dan Kuningan.

Baca juga:  Terperosok ke Danau Batur, Ini Penuturan Korban Selamat

Terlihat dari Bed Occupancy Rate (BOR) sebelum dan saat Galungan menurun. Pada hari normal BOR bisa mencapai 80- 90 persen. Sedangkan pada saat Galungan BOR turun 20 persen menjadi 60 persen.

Penurunan ini terjadi karena pasien  menunda kedatangan ke rumah sakti. “Kalau Lebaran tidak terlalu banyak penurunan,” imbuhnya.

Pasca Galungan pun tidak ada lonjakan kasus tertentu yang menonjol. Hanya pasien yang dijadwalkan operasi sebelumnya, mereka datang lagi, setelah menunda operasi saat hari raya Galungan. “Jadi bukan kasus baru. Menjelang Galungan, kunjungannya turun karena mereka menunda kedatangan. Padahal kami sebenarnya siap. Tapi mereka menunda karena khawatir setelah operasi tidak bisa pulang karena harus rawat inap di RS saat hari raya,” ungkapnya.(Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *