NEGARA, BALIPOST.com – Sejak seminggu belakangan ini sejumlah penyu hijau ditemukan mati di pesisir pantai Jembrana. Bahkan Selasa (12/6) ditemukan bangkai dua ekor penyu lekang di Pantai Tembles Desa Penyaringan, Mendoyo oleh warga setempat.
Dari informasi, dua ekor penyu lekang yang ditemukan mati di Pantai Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana tersebut ditemukan pertama kali oleh I Gede Raka Susila. Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Kelian Banjar Anyar Kelod I Kadek Winastra.
Besar penyu tersebut hampir sama, tapi satu ekor kondisinya busuk sehingga langsung dikubur. Sedangkan satu ekor lainnya, kondisinya masih utuh dan bagus. Diperkirakan baru mati sehari karena belum tercium bau busuk.
Kemudian penyu tersebut dikoordinasikan dengan Ketua Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih Desa Perancak, Jembrana untuk langkah selanjutnya terhadap penyu yang ditemukan mati tersebut. Sementara itu dari informasi Rabu (13/6) juga kembali ditemukan dua ekor penyu lekang dalam kondisi mati. Satu ekor ditemukan di Pantai Yehkuning dan satu ekor lagi ditemukan di Pantai Perancak, Jembrana.
Ketua Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih Desa Perancak Wayan Anom Astika Jaya dikonfirmasi membenarkan pihaknya menerima penyu lekang dalam kondisi mati yang ditemukan di Pantai Tembles, Desa Penyaringan, Mendoyo. Dikatakan sebenarnya yang ditemukan di Pantai Tembles, Penyaringan ada dua ekor, tapi yang diserahkan ke pihaknya hanya satu.
Sedangkan yang satunya sudah busuk. Langsung dikubur oleh warga.
Anom juga membenarkan, Rabu pagi kembali ditemukan dua ekor penyu jenis lekang dalam kondisi mati di Pantai Yehkuning dan Pantai Perancak, Jembrana oleh sejumlah nelayan. Dikatakan dengan adanya temuan tersebut berarti dalam kurun waktu tiga hari sudah 11 ekor penyu yang ditemukan mati.
Semuanya jenis penyu lekang dan mayoritas betina. Sedangkan yang lain usianya masih remaja sehingga belum diketahui jenis kelaminnya.
Anom mengatakan belum diketahui penyebab matinya penyu-penyu tersebut karena masih dilakukan penelitian. Bisa karena habitat yang rusak, perburuan liar ataupun bisa juga karena tersangkut di jaring nelayan. (kmb/balipost)