SEMARAPURA, BALIPOST.com – Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan telah ditetapkan menjadi salah satu desa wisata oleh Pemkab Klungkung. Hal tersebut tak terlepas dari sejumlah potensi yang dimiliki, terutama alam.

Desa ini berlokasi tak jauh dari pusat Kota Semarapura maupun Kota Gianyar. Bisa ditempuh dengan kendaraan sekitar lima belas menit. Begitu masuk, suasana perdesaan masih terasa sangat kental.

Tak ada hirup pikuk. Meski menjadi jalur menuju Kabupaten Bangli, kesan ramai tak begitu menyelimuti. Menyusuri lebih jauh, Rabu (13/6), terlihat hamparan sawah yang sangat luas. Berbentuk teras.

Sebagian besar baru memasuki musim tanam. Pematangnya hijau, diselimuti rerumputan. Nampak indah dengan lekak-lekuknya.

Semakin ke dalam, suasana hening kian terasa. Semilir angin memunculkan kesejukan. Bersandingan dengan gemericik air yang mengalir pada irigasi. Masih cukup jernih. Sesekali juga terdengar kicauan burung yang hinggap pada pepohonan yang tumbuh di sekitar Sungai Bubuh.

Baca juga:  Patroli Subuh, Polisi Sasar Pemotor Knalpot Brong

Cuaca cukup terang. Laut dan Kepulauan Nusa Penida juga disaksikan. Berwarna biru tipis. Menunjukkan jaraknya cukup jauh.

Di seberang lembah, tepatnya wilayah Desa Getakan juga terlihat sawah berbentuk teras sering. Sekilas seperti di kawasan Ubud, Gianyar.

Di sawah paling hilir juga terdapat beberapa pohon kelapa. Berjajar dari utara ke selatan. Jaraknya cukup dekat. Dijadikan tempat mengikatkan tali ayunan.

Menujunya, harus melintasi jalur trecking yang tak terlalu lebar. Masih dari tanah. Tidak ada sentuhan beton. Masih benar-benar alami. Potensi alam ini menjadi bagian dari daya tarik Desa Wisata Bakas.

Baca juga:  Desa Adat di Bali Siap Lawan Izin Lokasi Susi Pudjiastuti

Ketua Kelompok Sadar Wisata setempat, Kadek Widiasa menuturkan beberapa wisatawan asing mulai tertarik untuk berkunjung. Terlebih dahulu mencoba wisata rafting yang juga sudah ada sejak lama di desa itu. Juga dilengkapi gajah. “Potensi desa terus dikembangkan. Memaksimalkan potensi alam yang ada,” jelasnya.

Sebagai desa wisata baru, tak dimungkiri masih banyak yang perlu digarap. Salah satunya fasilitas pendukung, seperti tempat peristirahatan maupun toilet. Dalam pengelolaannya, ditawarkan konsep yang berbeda dari objek wisata lainnya di Bali.

Tetap ditampilkan sesuatu yang alami. Tanpa “menyerang” dengan pembangunan akomodasi. “Kami sepakat tetap menawarkan seuatu yang alami. Tidak mengeksplotasi alam. Tidak mengalihfungsikan sawah menjadi bangunan lain,” katanya.

Baca juga:  Gempa di Karangasem, Sejumlah Warga Tertimbun di Trunyan

Koordinator Daya Tarik, I Wayan Malendra juga menyatakan konsep desa wisata harus benar-benar dijalankan. Masyarakat harus turut diberdayakan, termasuk yang berprofesi sebagai petani. “Petani kalau melihat pengunjung, juga disarankan untuk siap memberikan informasi. Termasuk cara-cara bertani,” tuturnya.

Selain alam, untuk menggaet wisatawan juga ditawarkan kearfian lokal. Seperti membuat masakan khas Bali, klatkat, hingga kelabang (anyaman daun kelapa-red). Dikatakan, cukup banyak yang berminat. “Cooking class langsung di rumah-rumah warga.  Untuk wisatawan yang mash kecil, juga diajak membuat layang-layang. Mereka ditawarkan kehidupan seperti masyarakat di sini,” pungkasnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *