Wisatawan menikmati keindaham alam Desa Pejukutan, Nusa Penida. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Musim kemarau telah melanda Kepulauan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Bahkan, beberapa bulan terakhir semakin menyengat. Hal tersebut menyebabkan warga Desa Pejukutan mulai membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tokoh masyarakat desa setempat, I Nyoman Yudiadnyanawan mengungkapkan kondisi tersebut sudah berlangsung sejak dua bulan lalu. Tak dimungkiri, pengeluaran yang cukup besar, memberatkan masyarakat, terutama yang ekonominya menengah ke bawah.

“Persoalan air belum bisa lepas. Musim sekarang sudah mulai beli. Termasuk tiang,” ungkapnya, Minggu (17/6).

Harganya cukup mahal, Rp 2 ribu liter mencapai Rp 500 ribu. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Bagi masyarakat yang memiliki ternak atau lahan pertanian, kebutuhannya lebih tinggi. “Cukup menambah pengeluaran. Sebulan bisa habis Rp 1,5 juta untuk beli air saja,” katanya.

Baca juga:  Jokowi Minta Bali dan Daerah Berinflasi Tinggi Segera Lakukan Intervensi

Memasuki musim liburan panjang, kunjungan wisatawan ke desa yang pariwisatanya semakin menggeliat ini cukup ramai, baik lokal maupum asing. Krisis air yang terjadi selama bertahun-tahun tentu mempengaruhi kenyamanan. “Sekarang ramai disini. Air yang jadi kebutuhan penting, sulit didapat, otomatis memberi dampak untuk pariwisata,” jelas pria yang dua periode menjabat sebagai perbekel Pejukutan ini.

Sempat juga disampaikan, krisis air menyebabkan pembangunan fisik, salah satunya akomodasi pariwisata juga turut terhambat. “Satu sisi sektor pariwisata digenjot semakin berkembang. Tetapi air jadi persoalan. Warga yang punya modal jadi tanggung untuk berbuat karena ini,” keluhnya.

Baca juga:  Krisis Air di Jembrana Meluas

Meringankan beban masyarakat, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klungkung dikatakan telah melakukan droping. Hanya belum mampu menjangkau secara menyeluruh karena keterbatasan armada. “PDAM sudah droping air. Tetapi kan tidak bisa berjalan setiap jam,” tuturnya.

Penanganan persoalan klasik ini sudah sering disampaikan ke pemerintah. Diharapkan, pemanfaatan air pada sumber Guyangan, Desa Batikandik dapat dimaksimalkan. Pasalnya, program ini telah digagas sekitar lima tahun lalu. “Untuk pendistribusian air dari sumber memang terkendala geografis. Tetapi kami sangat berharap itu bisa dimaksimalkan,” tandasnya.

Baca juga:  Ajakan Agar Hotel Hidangkan Produk Lokal Saat KTT G20 Disambut Antusias

Direktur PDAM Klungkung, I Nyoman Renin Suyasa menjelaskan sejauh ini droping air ke sejumlah wilayah di Kepulauan The Blue Paradise Island itu masih mengandalkan satu mobil tanki. Jika diperlukan, pihaknya akan mengirim lagi satu unit. “Kami masih menunggu laporan UPT. Kalau perlu tambahan mobil, langsung dibawakan lagi satu,” terangnya.

Pejabat asal Nusa Penida ini menyebutkan layanan tersebut juga mengacu pada permohonan. “Untuk air ada yang gratis. Tergantung yang minta siapa. Kalau hotel, sudah pasti tidak bisa. Ada aturannya itu,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *