Sejumlah warga mengvakuasi bangunan roboh akibat hujan lebat yang terjadi pada Rabu malam. (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Warga digegerkan dengan robohnya salah satu bangunan di rumah milik, I Gusti Ngurah Adhi (65) di Banjar Bangunliman, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kamis (21/6). Insiden ini terjadi akibat rumah tersebut ditimpa tembok penyengker, yang roboh diterjang banjir.

Menurut Gusti Ngurah Adhi, bencana ini terjadi pada Rabu malam sektiar pukul 22.00 wita. Kala sedang tidur keluarga di rumah itu digegerkan dengan suara gemuruh. Saat dicek bangunan berukuran 15 meter x 8 meter yang berada paling utara rumah itu sudah roboh. “Tembok penyengker disebelah utara rumah itu roboh, menimpa bangunan di rumah saya sampai ikut roboh, “ ucapnya.

Baca juga:  PPKM, Dua Lokasi di Tabanan Ini Dipasangi Garis Pembatas

Dikatakan saat robohnya tembok penyengker itu, banjir langsung memenuhi halaman rumahnya. Bahkan ketinggian air lebih tinggi dari lutut orang dewasa. “Tidak hanya air banjir, juga ikut masuk sampah dan lumpur,” ujarnya ditemui saat melakukan pembersihan rumah.

Saat rumahnya diterjang banjir, halaman rumahnya yang luas bak kolam. Beruntung, rumahnya dilengkapi lubang menhole/biopori di beberapa titik sehingga air bisa cepat disalurkan keluar. “Meski sudah semua dibuka, tetap saja banjir. Karena volume airnya memang cukup besar. Sekitar jam 3 pagi air baru surut,” jelasnya.

Baca juga:  Diguyur Hujan, 21 Titik Kebanjiran

Disinggung mengenai penyebab banjir, pihaknya menduga akibat bangunan kos-kosan di utara rumahnya itu yang kurang bagus saluran pembuangan airnya. Sehingga saat hujan terjadi genangan air dan merobohkan tembok penyengker. Kondisi ini diperparah dengan guyuran hujan deras. “Got tetangga mampet kayaknya itu, makanya air sampai menggenang,” jelasnya.

Sementara bangunan permanen berukuran 10×5 meter itu rusak parah. Padahal, bangunan tersebut baru dibangun sekitar 2 tahun. Seharihari bangunan itu difungsikan untuk membuat saran upakara. “ Disana juga dimanfaatkan untuk menyimpan wastra, keben, bokoran dan alat upakara lain. Kalau siang disana pasti difungsikan untuk membuar sarana upacara oleh keluarga saya,“ terangnya. (manik astajaya/balipost)

Baca juga:  Warga Mempertanyakan, Tiga Rumah di Jineng Agung Tak Tersentuh Proyek Senderan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *