Tanaman tembakau yang baru ditanam terancam layu dan busuk karena terus menerus diguyur hujan. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Hujan melanda Buleleng sejak Selasa (19/6) hingga Kamis (21/6) sore mulai mengancam nasib budidaya tembakau Virginia pada musim tanam tahun ini. Pasalnya, petani yang sejak beberapa minggu terakhir ini menanam bibit tembakau ini, harus melihat daun dan batang yang berumur muda layu dan terancam membusuk.

Pantauan di lapangan, areal budidaya yang baru saja ditanami, basah hingga petak sawah tergenang air hujan. Ini dijumpai di lahan budidaya tembakau di Desa Panji, Kecamatan Sukasada. Selain lahan tampak lembab, lembar daun bibit tembakau layu.

Baca juga:  Gara-gara Ini, 2018 BPBD Gianyar Tak Layani Pamangkasan Pohon

Sementara batang bawah yang masih berusia beberapa hari setelah ditanam sekarang terancam membusuk. Jika hujan kembali melanda beberapa hari ke depan, petani khawatir bibit ini akan mati dan memicu kerugian karena petani harus menyiapkan bibit pengganti.

Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPD APTI) Bali Agung Adnyana dikonfirmasi mengakui banyak rekannya sesama petani mengeluh kalau bibit yang baru saja ditanam kini layu dan batang busuk karena dilanda hujan berturut-turut. Untuk memastikan persentase kematian bibit akibat cuaca buruk itu, dirinya masih menunggu laporan dari pengurus kelompok petani di Bali Utara.

Baca juga:   Musim Hujan, Dimsum Ramai Diserbu Penikmat Kuliner

Menurut Agung Adnyana, dalam budidaya tembakau memang sangat berisiko dan ditentukan oleh cuaca. Selain itu, karakteristik tembakau dikenal sebagai tanaman takut air namun dalam umur tertentu tanaman memerlukan pasokan air irigasi. Satu-satunya cara mengantisipasi kerugian karena cuaca buruk, petani perlu memastikan cuaca mendukung sebelum mulai menanam bibit.

Terkait penanganan bibit yang sudah layu dan batangnya membusuk, petani harus mempersiapkan bibit pengganti. Selain itu, lahan yang kelembabannya tinggi, perlu dilakukan penanganan dengan memperlancar saluran pembuangan air di petak sawah dan melakukan pengeringan menggunakan bahan khusus. “Biasanya petani memiliki cadangan bibit untuk mengganti tanaman yang mati. Sebelum pengganti bibit baru lahan yang lembab karena genangan air hujan itu perlu dikeringkan dengan mengatur saluran pembuangan dan mengeringkan dengan menggunakan bahan khusus,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Sapi Putih di Manistutu Tak Dikembangkan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *