SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pemkab Klungkung telah mengkampanyekan progam Sehari Tanpa Kantong Plastik. Dua bulan berjalan, penerapannya di lapangan belum berjalan maksimal.
Atas hal tersebut, sosialisasi ke masyarakat terus digencarkan. Diharapkan seluruhnya memberikan dukungan. Program tersebut dicanangkan sejak April lalu dan berlaku setiap Jumat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung, Anak Agung Kirana menjelaskan sesuai hasil survei hingga ke desa-desa, sekitar 70 persen masyarakat menyatakan mendukung. Namun, fakta di lapangan justru berbeda. Sebagian besar masih menggunakan. “Memang sudah ada yang sadar untuk tidak memakai kantong plastik, tetapi kami akui masih tergolong sedikit,” jelasnya, Jumat (22/6).
Mantan Sekretaris Dewan Klungkung ini menyebutkan penerapam program bidang lingkungan tersebut tak bisa dilepaskan dari kesadaran masyarakat. Pihaknya mengaku akan terus melakukan edukasi.
Bahkan sampai masuk ke toko-toko maupun swalayan. “Swalayan sudah ada yang menawarkan kepada pembeli, apakah pakai plastik atau tidak. Ini menunjukkan sudah ada dukungan untuk mengurangi pemakaian. Ini akan diedukasi terus dan cakupannya semakin luas. Sampai ke sekolah-sekolah,” katanya.
Disampaikan lebih lanjut, pada Juli, menyambut hari lingkungan hidup juga direncanakan ada pencananangan tiga hari dalam seminggu tanpa kantong plastik. Langkah tersebut sebagai bentuk implementasi Perpres nomor 97 tahun 2017 mengenai mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan serta mengurangi sampah di segala lini. “Sampah plastik telah mengotori berbagai lini, mulai dari tanah, sungai hingga laut. Tentu akan sangat berbahaya. Ini yang menjadi salah satu alasan ada program ini,” ujarnya.
Aplikasinya secara maksimal diakui memerlukan proses panjang. Mendukung itu, pemerintah desa juga telah diimbau untuk memberikan dukungan.
Ini pun akan dievaluasi secara berkala. “Memang ini tidak mudah. Karena berbaikan dengan kebiasaan. Tetapi kami berharap ada dukungan komitmen dar masyarakat. Tinggal komitmen saja,” tegasnya.
Metode Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) tetap menjadi “senjata” dalam penanganan sampah, termasuk plastik menjadi energi terbarukan berupa bahan bakar dan listrik. Sampai saat ini, baru diterapkan 12 desa di Klungkung daratan.
Tak dimungkiri, jumlah tersebut masih tergolong minim. Oleh sebab itu, desa lain digenjot untuk mengikuti. “Kami inginnya desa di Klungkung daratan bisa seluruhnya menerapkan tahun ini. Akhir bulan ini atau awal Juli, rencananya untuk duduk bersama. Membahas kira-kira apa yang menjadi kendala. Apakah anggaran atau lainnya,” kata birokrat asal Desa Paksebali, Kecamatan Dawan ini.
Tak hanya itu, penanganan melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) juga tetap menjadi andalan. Demikian pula penerapan bank sampah. “Desa wajib ikut mengelola sampah. BUMDes sejatinya bisa melakukan. Memang sudah ada. Ini juga harus didukung kesadaran masyarakat. Kalau dilihat sudah cenderung membaik,” pungkasnya. (Sosiawan/balipost)