SEMARAPURA, BALIPOST.com – Puncak siklus penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klungkung tahun ini diperkirakan akan terjadi pada Agustus. Prediksi tersebut didasarkan pada pengalaman atau tren kasus DBD tahun sebelumnya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi banyaknya warga Klungkung yang terjangkit DBD, Dinas Kesehatan setempat telah mengintruksikan seluruh puskesmas untuk melakukan langkah-langkah preventif, salah satunya dengan menggencarkan penyuluhan dan abatisasi di masyarakat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Ni Made Adi Swapatni, Minggu (24/6), mengatakan cuaca hujan yang tak menentu belakangan ini sangat rentan memicu merebaknya kasus DBD.
Kasus DBD rentan terjadi di hampir seluruh wilayah di Klungkung, tidak saja di desa-desa namun juga wilayah perkotaan. “Hampir semua wilayah endemik. Tapi dari pengalaman selama ini justru yang rentan kebanyakan di wilayah kota,” jelasnya.
Tingginya mobilitas masyarakat di perkotaan, disebut menjadi salah satu faktor banyaknya kasus DBD di wilayah kota. Di samping itu, lebih tingginya kasus DBD di perkotaan dibandingkan di desa dikarenakan puskesmas yang mewilayahi desa kini sudah memiliki kegiatan inovatif untuk mengantisipasi merebaknya kasus DBD. “Kalau di desa-desa, puskesmas sudah mulai punya kegiatan inovatif, seperti di Desa Getakan membuat alat tradisional penangkap nyamuk,” ujarnya.
Berkaca dari tren kasus DBD tahun sebelumnya, Adi Swapatni memprediksi siklus penularan penyakit DBD diperkirakan terjadi pada bulan Agustus. Untuk mengantisipasi merebaknya kasus DBD, pihaknya mengaku sejauh ini sudah melakukan langkah-langkah preventif.
Pihaknya telah mengintruksikan seluruh puskesmas untuk lebih gencar melaksanakan program penyuluhan, surveillance, pemberantasan sarang nyamuk dengan abatisasi serta menggerakan jumantik. “Mengenai yang di wilayah kota, kami akan berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan, serta puskesmas Klungkung 1 dan Klungkung 2,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)