SEMARAPURA, BALIPOST.com – Proyek pembangunan cukup banyak digelontorkan Pemkab Klungkung setiap tahun. Bahkan, anggaran yang digelontorkan tergolong besar. Di tengah hal tersebut, pengerjaannya justru masih didominasi orang luar.
Masyarakat lokal belum mampu menjadi tuan rumah. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang mumpuni diduga menjadi penyebab.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Klungkung, I Gede Kusumajaya mengakui hal tersebut. Warga lokal belum mampu berperan secara maksimal dalam menggarap pembangunan. Perannya baru lebih banyak terlihat pada proyek yang sifatnya padat karya dengan anggaran tergolong kecil. “Memang untuk proyek-proyek banyak diambil orang luar. Sampai tenaganya juga dibawa dari luar juga,” ungkapnya, baru-baru ini.
Mengatasi itu, pejabat asal Desa Selisihan, Klungkung ini tengah berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal melalui pelatihan yang rutin bergulir setiap tahun. Sementara itu, Ketua Gabungan Pelaksana Kontruksi Seluruh Indonesia (Gapensi) Klungkung, Tjokorda Gde Agung mengatakan hal tersebut disebabkan SDM yang belum sepenuhnya mendukung. Tenaga kerja lokal masih tergolong minim yang tersertifikasi. “Sertifikasi ini jadi syarat untuk pekerjaan di kontruksi. Menunjukkan kualitas SDM. Ini yang masih jadi kendala,” terangnya.
Supaya tak terus “terjajah,” pihaknya telah mendorong pelaksana konstruksi untuk berbenah. “Kalau di proyek di Klungkung sudah ada yang diambil pelaksana dalam daerah. Tetapi baru sekitar separuh,” tandasnya.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta sempat menyatakan proyek yang digulirkan pemkab harus mampu mengakomodir masyarakat lokal sebagai tenaga kerja. “Jangan sampai uang yang kita keluarkan justru orang luar yang menikmati,” ujarnya.
Ia menawarkan solusi, pelaksana proyek di Klungkung bisa bersinergi supaya bisa mengambil pekerjaan dalam skala lebih besar, termasuk urusan modal. “Ini bisa dilakukan dengan konsorsium,” tegasnya. (Sosiawan/balipost)