Kondisi atap rumah warga di Desa Suter yang terkena abu vulkanik. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Kesulitan air bersih kini semakin dirasakan warga di Desa Suter, Kintamani. Persediaan air tadah hujan yang selama ini ditampung warga dalam cubang, kini tak bisa digunakan lantaran tercemar abu vulkanik akibat dampak erupsi Gunung Agung beberapa hari lalu. Tak hanya kesulitan air, warga yang memiliki ternak sapi juga mengalami kesulitan pakan, lantaran tanaman dan rerumputan terpapar abu vulkanik.

Perbekel Desa Suter Wayan Nyepeg saat dihubungi Minggu (1/7) mengungkapkan hujan abu yang sempat melanda wilayah desanya beberapa hari lalu berdampak pada semakin sulitnya warga mendapatkan air. Warga kini tak berani menggunakan air tadah hujan yang sebelumnya ditampung dalam cubang untuk keperluan memasak karena khawatir dengan dampak pencemaran abu vulkanik terhadap kesehatan. “Terutama yang cubangnya tidak tertutup, warga tidak berani pakai airnya. Palingan hanya untuk MCK saja,” ungkapnya.

Baca juga:  Susun Road Map Pelestarian, Kemenbud Gelar Temu Budaya Subak di Unud

Untuk bisa mendapatkan air bersih, warga Suter terpaksa membelinya. Nyepeg mengatakan meski kini turun hujan, warga belum berani menampunya ke dalam cubang lantaran kondisi talang dan atap rumah warga masih tertutup abu vulkanik. “Kalau dulu genteng warga warnanya coklat, sekarang putih karena abu. Sehingga sekalipun sekarang ada hujan, warga sementara tidak mengalirkan air ke cubang,” terangnya.

Disampaikan juga oleh Nyepeg bahwa hujan abu yang melanda wilayah Suter dan sekitarnya berdampak pada sulitnya warga mencari pakan untuk ternak sapi. Masalahnya rerumputan dan dedaunan yang biasanya dimanfaatkan warga untuk pakan ternak, tidak mau dimakan sapi karena kotor terpapar abu. “Sapinya sama sekali tidak mau makan rumput yang kena abu. Kalau sudah dicuci mau dimakan, tapi kita yang kesulitan air untuk dipakai mencuci rumput,” ujarnya.

Baca juga:  Waiter Fun Run Diikuti 1.000 Peserta

Untuk bisa mendapatkan pakan ternak yang segar, warga pun terpaksa membelinya ke desa-desa yang wilayahnya tidak terpapar abu. Ada juga warga yang terpaksa memberikan batang pisang sebagai pengganti rumput untuk pakan ternak sapinya. Di tengah situasi seperti sekarang, Nyepeg mengakui tak sedikit warga di desanya mulai berkeinginan menjual ternak sapinya, termasuk dirinya. Hanya saja, warga sulit menjual ternaknya karena belum ada saudagar yang mau membelinya.

Baca juga:  Warga Bali Terpapar COVID-19 Tambah 3 Digit, Korban Jiwa Capai Puluhan Orang

Sementara itu, selain di Desa Suter, kesulitan pakan akibat hujan abu juga dirasakan warga/peternak sapi di Desa Langgahan Kintamani dan Desa Pengotan, Bangli. Perbekel Langgahan Komang Dangkayana mengatakan karena banyak rumput dan tanaman terpapar abu, warga yang memiliki ternak sapi kini terpaksa memberi ternaknya batang pisang sebagai pakan. Warga tidak mencuci rumput, karena wilayah Langgahan juga kesulitan air. “Mengenai dampaknya ke perkebunan jeruk sejauh ini belum ada. Hanya kena abu saja, tapi tidak sampai mengakibatkan gugur daun atau gugur buah,” imbuhnya. (dayu rina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *