DENPASAR, BALIPOST.com – Bintang-bintang prembon di Kota Denpasar unjuk kebolehan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-40. Sebut saja, I Gusti Ngurah Bagus Supartama, I Nyoman Geguh, Ibu Rusni, Made Kariasa, I Gede Sukaraka, I Wayan Darmida, I Putu Sujana, dan I Gede Anom Ranuara. Para bintang yang tergabung dalam Sekaa Wahana Gurnita ini tampil dalam pentas Dramatari Tejaning Stri di Wantilan Taman Budaya Bali, Rabu (4/7).
Koordinator Sekaa, I Nyoman Suarsa mengatakan, tejaning stri yang berarti kekuatan wanita ini diangkat dari cerita Dalem Balingkang. Khususnya pada saat Dewi Danu menyebarkan wabah epidemi ke Panorajan, wilayah kekuasaan Prabhu Jaya Pangus. Wabah ini membuat masyarakat sekitar bagai dilalap api Durga Geni.
“Garapan ini bentuknya prembon. Ceritanya pun disesuaikan dengan tema PKB Ke-40, Teja Dharmaning Kauripan,” ujarnya.
Suarsa menambahkan, prembon di Kota Denpasar terbilang masih eksis. Ini tidak lepas dari komitmen pemerintah setempat yang dikenal sebagai kota berwawasan budaya. Dramatari tejaning stri tidak hanya mengingatkan para penonton agar jangan sekali-kali memancing amarah seorang wanita. Tapi ada pula pesan tentang me-manage “amarah” yang disimbolisasikan dengan api. “Jangan menganggap api itu hanya merusak. Api kadang-kadang juga bisa mengharmoniskan kita. Asalkan kita bisa memanage-nya. Cerita ini contohnya,” jelasnya.
Ditempat terpisah, Maestro Seniman Bali, I Wayan Dibia mengatakan, prembon intinya adalah perimbuhan atau dramatari campuran. Ada istilah topeng prembon, yang berarti didominasi oleh topeng dengan kombinasi galuh atau mantra. Ada pula prembon saja yang bisa di-mix dengan topeng, tari baris, jauk, dan barong. Kemudian, arja prembon atau arja yang dominan ditambah dengan beberapa lakon tambahan lain.
“Prembon sekarang perkembangannya sudah merambah kemana-mana. Tidak lagi hanya seperti dulu, ada topeng dan arja. Sekarang sudah masuk ke yang lain, seperti bondres-bondres yang sering kita lihat di calonarang sekarang sudah menjadi bagian dari prembon,” ujarnya.
Menurut Dibia, pementasan prembon di ajang PKB masih bisa ditata sesuai dengan pola dan pakem yang ada. Walaupun, konten pementasannya lebih banyak mengarah pada lelucon. Secara umum, seniman di Denpasar dan Gianyar yang lebih banyak tahu tentang bentuk prembon sehingga kesenian itu lebih terjaga ketimbang di daerah lainnya. Mengingat belakangan ini prembon sudah banyak dikacaukan karena adanya keinginan penampil untuk membawakan bebondresan terlalu dominan. Sekalipun salah satu bentuk kesenian rakyat ini memang bertujuan untuk menghibur.
“Masukan saya, para pemain prembon supaya jangan terlalu menjejali kesenian prembon hanya dengan lelucon saja. Supaya ada juga unsur-unsur yang mendidik masyarakat, sehingga muatan serius juga harus muncul,” tandasnya. (rindra/balipost)