AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih yang pengungsi di UPTD Pertanian, Desa Rendang, Karangasem Kamis (5/7) mulai membangun hunian sementara (huntara). Pembangunan huntara berbahan bambu tersebut dilakukan secara swadaya sesama warga pengungsi.
Pengungsi asal Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kadek Dana, mengatakan, pembangunan posko secara mandiri lantaran aktivitas Gunung Agung tak menentu. Belakangan ini Gunung Agung sering kali erupsi.
Kondisi itu membuat warga Kesimpar was-was berada di kampung yang jaraknya hanya sekitar 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. “Memang sih sudah disediakan wantilan yang cukup luas. Namun, ketika tidur tidak nyaman karena ruangan terbuka. Untuk membangun posko merupakan inisiatif sendiri bersama pengungsi lainnya yang sama-sama dari Kesimpar secara bergotong-royong. Dengan dibangunnya posko ini, nantinya tidak lagi kedingingan,” ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Karangasem I Wayan Supandi, menambahkan, pembuatan posko itu merupakan kesepakatan antarpengungsi di Dusun Kesimpar. Mereka gotong royong membuat posko setempat. Hanya saja, lahan tempat mendirikan posko terbatas tidak seluas saat erupsi 2017. Sebab, lahan di UPTD Pertanian, kini ditanami cabai dan bunga gumitir yang merupakan program Dinas Pertanian Karangasem. “Karena dulu pengungsi sudah pulang, posko dibongkar. Petugas UPTD mulai tanam cabai dan gumitir,” jelasnya.
Dia menegaskan, pemerintah tak melarang pengungsi membangun posko di sana. Hanya saja, pintanya, posko dibangun tanpa merusak tanaman. “Tapi kalau nanti Gunung Agung semakin tak menentu, tentu kami lebih mementingkan kemanusiaan untuk dibangun posko,” tandas Supandi. (Eka Parananda/balipost)