AMLAPURA, BALIPOST.com – Bukit Lempuyang tiap hari selalu didatangi pamedek. Bukit di wilayah timur Karangasem ini, terdapat banyak pura, dari Lempuyang Madya hingga Lempuyang Luhur.
Tetapi, belakangan para pamedek merasakan ada yang aneh. Salah satunya pintu masuk pura, seperti di Pura Lempuyang Madya selalu terkunci. Situasi demikian mengundang pertanyaan umat yang hendak pedek tangkil.
Salah satu umat Hindu, Made Mandra, Jumat (6/7), mengatakan situasi demikian dia alami saat metirtayatra dengan teman dan keluarganya, Kamis (5/7). Saat tiba sekitar pukul 16.00 wita, pintu gerbang Pura Lempuyang Madya, sudah terkunci.
Pada dinding candi bentar tertulis nama-nama pemangku yang bertugas piket. Tetapi, tak satu pun ada yang siap melayani umat di dalam pura. “Saya hubungi Jero Mangku Gede Sabda melalui nomor HP yang tertera, tak bisa terhubung. Saya hubungi pemangkunya lagi satu, Jero Mangku Ketut Carda, bisa terhubung, tapi datangnya lama sekali,” keluhnya.
Dia mengaku harus menunggu hingga dua jam, sebelum pemangku tersebut datang. Menurutnya, mestinya sebuah pura umum, seperti Pura Lempuyang Madya, pintu gerbangnya mestinya tak perlu dikunci.
Sehingga umat bisa pedek tangkil dengan leluasa. Atau dengan empat pemangku yang bertugas setiap harinya, semestinya dalam satu hari itu ada minimal satu pemangku yang selalu ada di pura. Sehingga, saat umat pedek tangkil ngaturang bakti, ada pemangku yang bertugas di pura.
Gara-gara menunggu lama di Pura Lempuyang Madya hingga sore, perjalanan menuju pura lainnya terpaksa tertunda. Karena hari sudah gelap. Setelah dari Pura Lempuyang Madya, dia mengaku langsung ke Pura Penataran Agung Lempuyang di Banjar Purwa Ayu, Desa Tribuana, Kecamatan Abang. “Karena lama menunggu disana, perjalanan menuju Pura Lempuyang Luhur kami tunda saja, karena hari keburu gelap,” kata warga Bali yang lama mmenetap di Timika, Papua ini.
Jero Mangku Ketut Carda, ditanya perihal terkuncinya gerbang Pura Lempuyang Madya, Kamis (5/7) sore, mengakui situasi itu. Pihaknya memutuskan mengunci gerbang pura, karena maraknya aksi pencurian pratima di Bali. Terlebih, di Pura Lempuyang Madya, banyak tersimpan pratima Ida Batara di setiap palinggih.
Jika itu terjadi, kesucian pura juga akan dipertaruhkan. Masalahnya bisa jadi lebih besar, seperti pengalaman di pura lain di Bali. “Jadi, sebelum aksi pencurian itu terjadi disini, sebaiknya kami kunci saja. Jadi, kalau ada pamedek datang saat hari-hari biasa, agar dihubungi pemangku yang piket saat itu,” katanya.
Disinggung kenapa tidak ada satu pun pemangku yang bertugas, padahal tiap harinya ada empat pemangku yang piket, dia mengaku kebetulan pemangku yang lainnya ada kesibukkan lain. Selain itu, pada hari-hari biasa (bukan piodalan) memang diakui jarang yang pedek tangkil ke Pura Lempuyang Madya. “Sebelumnya, tiap harinya selalu ada pemangku yang bertugas disini. Sekarang nomor HP pemangkunya sudah tersimpan. Lain kali kalau mau pedek, sebelumnya agar di telpon dulu, agar pemangkunya juga siap di lokasi,” katanya. (Bagiarta/balipost)
Kalau memang oknum niatnya memang tidak baik kunci segitu juga gak ada artinya gampang di buka paksa.Intinya pretima niki yg perlu di buatkan tempat khusus biar aman.Kalau pemedek rauh tangkil tidak dapat masuk ke areal Pura sepertinya kurang pas nenten patut.astungkara wenten solusinya.