NEGARA, BALIPOST.com – Setelah sempat ditunda hingga akhir Juni lalu, pembangunan sistem penyediaan air baku (pipanisasi) di Bendungan Benel belakangan mulai dilakukan. Sebelumnya juga dilakukan rapat mediasi yang dihadiri Komisi III DPRD Bali dan muncul kesapakatan proyek dilanjutkan asalkan air irigasi untuk para petani tidak berkurang.
Proyek pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR ini memanfaatkan air Bendungan Benel untuk air minum. Sebab fungsi dibangunnya bendungan Benel di Manistutu itu selain untuk irigasi juga kepentingan air minum.
Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba, Minggu (8/7) dikonfirmasi membenarkan terkait mediasi belum lama ini dengan petani yang diwakili subak-subak dan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida.
Dalam pertemuan itu pihaknya membantu menjembatani kedua belah pihak bisa menjalin kerjasama yang baik. Para petani yang diwakili subak-subak menerima proyek tersebut asalkan tidak merugikan petani. Subak tidak lagi memprotes apabila asal air untuk irigasi pertanian tidak dikurangi. Artinya air untuk petani subak-subak dibawah Bendungan Benel bisa tersedia.
Tamba menyerahkan kepada BWS Bali Penida guna mendapatkan solusi terbaik. Dalam hal ini menurutnya BWS harus bekerjasama dengan petani. Bagaimanapun juga pembangunan yang sudah dianggarkan dari Pemerintah Pusat ini harus berjalan. Tetapi juga tidak merugikan petani khususnya untuk ketersediaan irigasi. Sehingga fungsi pembangunan untuk pemenuhan air baku memanfaatkan bendungan juga terpenuhi.
Kendati demikian, pihaknya tetap akan memantau selama pelaksanaan pembangunan ini hingga pemanfaatan. “Jangan sampai ada yang menghianati,” terangnya.
Sementara itu dari pihak BWS Bali-Penida, Agung, dikonfirmasi terpisah kemarin membenarkan adanya pertemuan dengan pihak Subak tersebut. Intinya proyek tetap berlanjut dengan tidak mengesampingkan kebutuhan petani. “Artinya semua keinginan masyarakat terakomodir. Petani yang kita diprioritaskan,” terangnya.
Pipanisasi yang dilakukan tetap dari bendungan. Sebab dari awal bendungan itu dibangun untuk dua fungsi yakni pertanian dan air baku.
Diberitakan sebelumnya, pembangunan pipanisasi memanfaatkan bendungan Benel mendapat protes dari sejumlah subak dibawah Subak Gede Pegubugan. Petani melalui para pengurus subak keberatan bila air dari bendungan yang selama ini untuk mengairi sawah mereka digunakan untuk pipanisasi. Padahal tahun ini proyek tersebut sudah berjalan dengan nilai proyek Rp 14,6 miliar. Lantaran situasi tidak mendukung, proyek ini sempat ditunda pengerjaan fisiknya hingga akhir Juni atau setelah pemilihan umum serentak 27 Juni lalu (surya dharma/balipost)