TABANAN, BALIPOST.com – Daerah Pupuan salah satu daerah di Kabupaten Tabanan yang terpapar abu Gunung Agung. Meski terpapar, namun keberadaan abu tidak sampai mengancam produksi panen kopi yang saat ini sedang berlangsung.
Meski belum memasuki puncak panen, rata-rata produksi panen kopi di wilayah Pupuan mencapai 700 kilogram hingga 900 kilogram per hektar. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 1,2 ton per hektar saat memasuki puncak panen.
Ketua Bumdes Pajahan, Made Marsudi Cahyadi, Jumat (6/7) mengatakan abu gunung Agung memang sempat sampai di Desa Pajahan Pupuan. Namun tidak sampai merusak tumbuhan ataupun panen kopi yang saat ini sedang memasuki musimnya. “Sudah mulai panen dan hasilnya bagus,” ujarnya.
Pihak Bumdes Pajahan sendiri saat ini sudah menyerap hingga 10 ton kopi yang dihasilkan petani di Desa Pajahan.
Mengenai musim panen kopi di Pupuan ini, dibenarkan Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Tabanan, Dewa Ketut Budi Dana Susila. Panen kopi sudah dimulai sejak bulan Mei lalu. “Tetapi ini belum puncak panennya. Puncak panen diperkirakan berlangsung Agustus hingga Oktober,” ujarnya.
Tidak seperti hasil panen tahun 2017, Dewa Budi panen di tahun 2018 ini hasilnya bagus. Ini bisa dilihat dari produksi yang mencapai 700 kg hingga 900 kg per hektar dan belum masuk puncak panen. “Jika memasuki puncak panen diperkirakan bisa mencapai 1,2 ton per hektar,” ujarnya.
Saat ini harga biji kopi kering asalan mencapai Rp 36.000 per kilo. Sementara untuk biji kopi kering petik merah, dihargai Rp 40.000 per kilogram.
Lanjut Dewa Budi selama ini hasil perkebunan seperti kopi dan coklat tidak pernah mengalami penurunan harga. “Harga tidak pernah turun. Hanya produksi panennya yang kadang menurun kadang naik. Saat produksi kopi turun pendapatan petani jadi menurun karena produk yang dijual lebih sedikit sementara harganya tidak mengalami penurunan,” jelas Dewa Budi.
Meski produksi kopi sedang baik lanjut Dewa Budi untuk panen kali ini lebih difokuskan pada pemenuhan permintaan dalam negeri. Tetapi jika ada permintaan keluar negeri pihak di Pupuan siap. “Asal pembelian untuk ekspor ini pasti dan tidak merugikan petani. Kita memang belum memiliki tenaga penjaga mutu yang dibutuhkan untuk mengontrol mutu kopi sesuai syarat ekspor. Tahun ini sedang kita latih,” imbuh Dewa Budi. (Wira Sanjiwani/balipost)