BANGLI, BALIPOST.com – Bagusnya harga cabai di pasaran membuat banyak petani yang mulai membudidaya tananam cabai di lahan pertanian yang mereka miliki. Seperti yang dilakukan petani, di Desa Sekaan dan Desa Sekardadi Kintamani. Kini petani mulai berlomba-lomba membeli bibit cabai untuk ditanam.
I Ketut Sudarpa petani yang melakukan pembibitan cabai di Desa Sekardadi, Rabu (11/7) menuturkan, jika belakangan ini memang cukup banyak petani yang membeli bibit cabai ke dirinya untuk di tanam. Kata dia, hampir setiap hari ada warga yang membeli bibit cabai. Hal itu dikarenakan harga cabai belakangan ini terus melonjak.
“Banyak petani yang membeli cabai di sini. Karena dengan membeli bibit mereka tinggal menyediakan lahan saja. Selain menjual bibit cabai, saya juga menjual bibit tomat dan terong. Jadi, bila ada petani yang hendak membeli bibi cabai tinggal datang saja kesini saya siap melayani,” ujarnya.
Dia mengatakan bibit cabai yang sudah siap dijual umurnya sudah mencapai satu bulan. Sedangan, untuk harga satu bibit pohon dihargai Rp 200 rupiah. Begitu juga dengan harga bibit tomat dan terong sama seperti harga bibit cabai. “Untuk perawatan bibit saya memakai pupuk kendang baik kotoran sapi maupun ayam. Penyiraman saya lakukan setiap hari,” paparnya.
Sementara itu, pedagang cabai di Pasar Kidul Bangli, I Gusti Putu Karsana, mengungkapkan sejak sepekan terakhir harga cabai kembali merangkak naik. Kata dia, sebelumnya harga cabai Rp 40 ribu naik menjadi Rp 60 ribu per kg. “Harga cabai naik akibat minimnya pasokan pasca terjadinya erupsi Gunung Agung. Harga kemungkinan akan terus naik jika pasokan tidak ada,” ujarnya.
Sementara seorang pembeli, NI Wayan Sari mengatakan, naiknya harga cabai membuat dirinya terpaksa harus mengurangi volume membeli cabai untuk mengirit uang dapur. “Yang biasanya saya beli cabai setangah kg, turun menjadi seper empat. Semoga saja harga cabai cepat normal lagi,”harap Sari. (eka prananda/balipost)