DENPASAR, BALIPOST.com – RSUP Sanglah telah 10 kali melakukan cangkok ginjal sejak dibukuanya layanan ini di tahun 2016. Bahkan dari 10 pasien tersebut, hasilnya sangat memuaskan baik resipien maupun pendonornya. Ke depan RSUP Sanglah akan mengembangkan cangkok ginjal dengan pendonor dari luar, bukan keluarga. Karena selama ini, semua pendonor berasal dari keluarga.
Wajah kusam, hitam, lemas, selera makan berkurang. Begitulah kondisi Wayan Eka Suarnaya (43) sebelum menjalani operasi cangkok ginjal (transplantasi ginjal). Eka merupakan pasien kedua RSUP Sanglah yang menjalani operasi cangkok ginjal di awal tahun 2017.
Ditemui Selasa (10/7), Ken Wirianti (43), istri Wayan Eka Suarnaya menuturkan, suaminya mengalami gagal ginjal. Sehingga memerlukan cuci darah rutin. Empat tahun sebelum melakukan operasi cangkok ginjal, ia harus berjuang untuk menguatkan suaminya menjalani Hemodialisis (Hd).
Dalam seminggu, ia harus mengantar suaminya melakukan Hd 2 – 3 kali. “Kalau orang menjalani Hd itu luar biasa perjuangannya. Saya sebagai pendamping melihat setiap hari suami saya ditusuk jarum, keluar dengan kondisi lemas. Setelah 3 hari lemas lagi, dibersihkan lagi,” tuturnya.
Ia bersyukur, akhirnya RSUP Sanglah bisa mengembangkan layanan cangkok ginjal. Ia bisa membawa suaminya pada tahap transplantasi ginjal. Pendonornya, tak lain, ibu kandung suaminya yang berusia 58 tahun. Hanya dirawat 2 minggu pasca operasi, suaminya bisa beraktivitas kembali. Ia tak lagi harus mengantar suami cuci darah (Hd).
Kondisi fisik suaminya pun berubah. Biasanya ia harus menyemangati suami agar dapat mengurangi rasa sakit. Kini setelah operasi, suaminya tak merasakan kesakitan lagi.
Setelah kejadian yang menimpa suaminya itu, ia sekeluarga merubah total pola hidupnya terutama pola makan. Karena ia khawatir hal serupa bisa terjadi pada anaknya. Kini keluarga Ken lebih mengutamakan makanan sehat, memperbanyak minum air putih, menghindari makanan jeroan atau yang menyebabkan asam urat, dll.
Direktur Medik RSUP Sanglah Dr.dr. I Ketut Sudartana, Sp.B-KBD. mengatakan, cangkok ginjal merupakan layanan urologi terbaru RSUP Sanglah. Layanan ini dimulai tahun 2016. Hingga saat ini telah ada 10 pasien telah menerima layanan cangkok ginjal.
Selain itu, RSUP Sanglah kini juga melakukannya tanpa pendampingan dari RSCM. “Dulu 1 – 4 pasien yang pertama, didampingi dari RSCM, setelah itu ke-5 sampai yang terakhir ini dilakukan secara mandiri,” ungkapnya.
Dengan transplantasi ginjal, kualitas hidup pasien akan lebih baik. Pasien juga merasa lebih nyaman. Dibandingkan jika pasien harus melakukan cuci darah seumur hidup. Pasien harus mengeluarkn 1,2 juta per sekali cuci darah. Jika cuci darah dilakukan 2 – 3 kali seminggu, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp 3,6 juta per minggu. “Namun yang terpenting adalah kualitas hidupnya lebih bagus,” pungkasnya.
Ke depan cangkok ginjal atau transplantasi ginjal akan menjadi layanan unggulan RSUP Sanglah. Ia menargetkan 2 pasien setiap bulan mendapat pelayanan cangkok ginjal, mengingat banyaknya pasien Hd yang ditangani RSUP Sanglah. Ke depan, RSUP Sanglah juga akan mengembangkan pendonor ginjal dari orang yang menjelang meninggal. Tentunya dengan legalitas yang benar dan sesuai prosedur.
Pasien juga dapat menggunakan BPJS untuk mengcover biaya operasi. Bahkan ditanggung full, satu resipien dan satu pendonor. “Bianya beda-beda, kalau dulu jadi satu Rp 250 juta. Sehingga pasien tidak dibebani apa-apa,” tandasnya.(citta maya/balipost)