NEGARA, BALIPOST.com – Jalur penyeberangan Pulau Jawa dengan Pulau Bali melalui Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk berpotensi terjadi buka tutup. Menyusul kondisi cuaca di Selat Bali belakangan ini yang berdampak pada penyeberangan yang berjarak kurang lebih tujuh mil tersebut. Faktor keselamatan kapal dan penumpang menjadi prioritas penyeberangan. Gelombang tinggi yang terjadi pada Selasa (10/7) sore hingga petang, mengakibatkan penyeberangan ditutup sekitar dua jam.
Kepala Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) Kelas III Gilimanuk, Nyoman Suryantha, Rabu (11/7) mengatakan, kondisi cuaca yang terjadi di Selat Bali sulit diprediksi sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi penundaan penyeberangan.
“Kami prioritaskan untuk keselamatan, begitu kondisi cuaca tidak memungkinkan sementara ditutup. Seperti kemarin (Selasa sore-red), itu karena kondisi di Ketapang,” terang Suryantha.
Lantaran kondisi cuaca berupa angin kencang disertai ombak tinggi, penutupan pelabuhan itu terjadi selama beberapa jam. Sejatinya, tabah Suryantha, penutupan ini karena kondisi di Pelabuhan Ketapang tidak memungkinkan untuk bongkar muat. Sehingga pelabuhan sempat ditutup mulai jam 16.45 Wita dan dibuka kembali pada 18.30 Wita. “Memang cuaca buruk disana (Ketapang), tapi juga berimbas ke Gilimanuk. Kita tidak bisa memaksakan dengan cuaca seperti itu,” tambahnya.
Dengan kondisi cuaca perairan yang seperti itu, kapal mau tidak mau harus mengikuti arahan dari Syahbandar. Para nahkoda juga diimbau untuk mewaspadai cuaca yang tidak menentu saat ini. Buka-tutup pelabuhan menurutnya mutlak dilakukan untuk keselamatan pengguna jasa.
Sementara dari informasi yang dihimpun dari BMKG. Saat penutupan pada Selasa sore hingga petang itu angin cukup kencang dengan kecepatan angin 14 knot dan maksimum tercatat hingga 20 knot bahkan lebih. Selain itu juga tinggi gelombang di Selat Bali antara 0,5 – 3 meter. Pada Rabu kemarin juga diprakirakan masih ada potensi kecepatan angin hingga 20 knot dan tinggi gelombang antara 0,25 – 3 meter. (surya dharma/balipost)