DENPASAR, BALIPOST.com – Api kemarahan di dalam diri seringkali membawa dampak negatif. Oleh karena itu, sebagai manusia sebisa mungkin harus bisa menetralisir “api” tersebut. Pun api dalam makna denotatif agar dapat digunakan sesuai dengan keperluan. Demikian kurang lebih pesan yang disampaikan para seniman dari SMKN 4 Bangli saat mementaskan wayang wong Ramayana “Hanoman Duta” di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, Kamis (12/7).
“Janganlah bermain api kalau tidak ingin kita terbakar. Gunakanlah api sesuai dengan keperluan atau kebutuhannya saja. Sama seperti api kemarahan dalam diri kita, kalau tidak bisa menyikapinya akan terjadi pertengkaran dan kegaduhan,” ujar Seniman sekaligus Guru Pedalangan SMKN 4 Bangli, Putu Dedi Puspantara.
Menurut Dedi, pentas wayang wong dengan lakon Hanoman Duta sangat lekat dengan tema Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-40 “Teja Dharmaning Kauripan : Api Spirit Penciptaan”. Kisah ini berawal dari api kemarahan Rahwana yang kemudian membakar Hanoman. Namun Hanoman dengan kekuatannya justru melompat-lompat di istana Alengka. Keadaan pun menjadi terbalik, karena istana Rahwana itulah yang akhirnya terbakar oleh ulah Hanoman.
“Kami melakukan persiapan dari dua bulan yang lalu, bahkan mungkin lebih karena ada kegiatan-kegiatan seperti ulangan di sekolah,” imbuhnya.
Dedi menambahkan, kurang lebih ada 40 orang penari dan penabuh yang dilibatkan dalam pementasan ini. Sebagian besar adalah siswa jurusan tari dan karawitan di sekolah tersebut, selain ada pula guru dan alumni. Dikatakan, minat generasi muda khususnya di Bangli saat ini cukup tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah kejuruan di bidang seni.
“SMKN 4 Bangli basicnya memang di seni pertunjukan dan seni rupa. Kami memiliki jurusan tari, karawitan, pedalangan, dan yang baru ada jurusan pariwisata, DKV (Desain Komunikasi Visual), dan tata kecantikan kulit,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)