dewan
Ketua Komisi C DPRD Jembrana IB Susrama ketika mengecek jalan putus di pesisir Yehembang yang tergerus abrasi. (BP/kmb)

NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah pantai di Kabupaten Jembrana saat ini masuk rawan abrasi.  Panjang pantai yang tersebar di sejumlah titik itu mencapai puluhan kilometer. Beberapa titik diantaranya perlu penanganan segera karena bukan saja merongrong daratan, namun sudah berdampak menghancurkan permukiman warga. Seperti yang terjadi di Lingkungan Jineng Agung, Gilimanuk.

Kendati sudah dilakukan upaya penanganan darurat seperti dengan pemasangan buis-buis dan material dalam tumpukan karung, tetapi gelombang air laut di wilayah pesisir Gilimanuk terus mengancam. Apalagi saat situasi cuaca di Selat Bali kurang bersahabat belakangan ini.

Baca juga:  Perencanaan Tak Matang, Serapan Dana Desa Rendah

Tinggi gelombang rata-rata mencapai tiga meter disertai angin kencang maksimal hingga 20 knot berdampak pada pesisir pantai.  Selain di Gilimanuk, abrasi yang parah juga terjadi di Dusun Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara. Di wilayah pesisir pantai ini sejumlah bangunan sudah hancur, termasuk jalan utama yang merupakan akses ke wilayah tersebut.

Beberapa wilayah yang terkena dampak abrasi ini memerlukan penanganan segera. Sejak beberapa tahun ini, sudah ada sejumlah titik pantai yang mendapatkan penanganan senderan. Seperti di Pantai Pangyangan, Medewi, Penyaringan, Perancak, Baluk,  Cupel dan Candikusuma.

Baca juga:  Terkait Rencana Pembukaan Penerbangan Internasional, Ini Kata Pihak Bandara Ngurah Rai

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, I Wayan Darwin, Kamis (12/7) mengatakan pemerintah daerah sudah memetakan sejumlah kawasan pesisir yang rawan abrasi tersebut. Karena ini kewenangan pusat dan penanganan bersumber dari APBN, pemerintah daerah berupaya melakukan koordinasi. “Kita sudah upayakan, sampai sekarang memang masih belum (senderan),” terangnya. Namun dinas tetap berupaya selalu berkoordinasi dan melaporkan setiap titik yang masuk rawan abrasi.

Baca juga:  Karena Ini, TNI AL Sulit Evakuasi KRI Nanggala-402

Dampak dari abrasi ini bagi masyarakat pesisir cukup terasa. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal lantaran tanah mereka terkikis air laut. Senderan atau pelindung pantai yang selama ini digunakan memakai batu armor cukup ampuh dibandingkan dengan senderan beton sebelumnya.

Sepanjang 76 kilometer panjang garis pantai, 30 kilometer diantaranya masih kritis diterjang abrasi. Daratan yang terancam hilang itu tersebar di 22 titik dari Pekutatan hingga Gilimanuk. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *