Jalur Denpasar-Gilimanuk yang masuk kawasan Jembrana. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gemerincing dolar pariwisata selama ini belum merata menyentuh kehidupan masyarakat Bali. Terutama yang berada pada daerah-daerah di luar Bali Selatan, seperti Jembrana.

Keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu persoalan yang menyebabkan kabupaten di barat Bali ini seolah termarjinalkan. Demikian disampaikan Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba di Denpasar, Senin (16/7). “Bagaimana mungkin wisatawan bisa ke Jembrana kalau jalannya seperti itu. Jarak tempuh yang panjang dan berbahaya, tidak ada satupun travel agent yang akan mengagendakan destinasi Jembrana dalam kunjungan wisatanya,” ujarnya.

Baca juga:  Pencanangan Penggunaan Aksara Bali Disebut Tonggak Pelestarian Bahasa Ibu

Sebagai wakil rakyat dari Jembrana, Tamba menegaskan perlu dibangun jalan tol di jalur Denpasar-Gilimanuk. Pihaknya bahkan telah merencanakan pertemuan antara tokoh-tokoh di Bumi Makepung dengan gubernur terpilih untuk melakukan pembicaraan khusus tentang hal itu.

Mengingat, Jembrana kini tengah menggeliat dalam pengembangan ecotourism atau wisata agro. “Kami bertanggungjawab atas keberadaan masyarakat Jembrana, dan siap mendukung kebijakan itu. Kasihan mereka, potensi yang sangat tinggi dan kemauan yang sangat besar untuk ikut mendapatkan cipratan dari pariwisata tapi daya dukung dari infrastruktur tidak ada,” jelas Politisi Partai Demokrat ini.

Baca juga:  Puluhan Orangtua Datangi DPRD Bali, Keluhkan Anaknya Tak Diterima PPDB SMA/SMK

Menurut Tamba, tol tersebut nantinya bisa diprakarsai oleh pihak swasta atau diperjuangkan bisa masuk ke dalam perencanaan pembangunan nasional. Pihaknya meyakini, upaya ini akan dapat mencapai pemerataan ekonomi. Mengingat selama ini, masyarakat lokal hanya sekedar menjadi penonton.

“Pengangguran banyak, anak-anak muda yang berpotensi akhirnya terjerumus ke hal-hal negatif. Jangan sampai begitu, karena mereka tidak kerja jadi frustasi. Dengan dibukanya jalan tol, otomatis turis akan datang ke Jembrana. Pemuda yang tadinya nganggur bisa bekerja menjadi wirausaha, guide, atau pegawai di rumah makan, hotel, dan usaha transportasi,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Akan Diujicoba Pertengahan September, Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai Terus Dikebut
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *