Sejumlah perahu nelayan di Muncar berderet di pelabuhan.(BP/dok)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Kecelakaan laut di perairan selatan Jawa tak membuat semangat nelayan di Banyuwangi kendur. Meski cuaca buruk, mereka tetap nekat melaut.

Salah satu alasannya, kini sedang musim panen ikan. Selain itu, gelombang masih dianggap bisa diatasi.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi, Hasan Basri mengatakan tenggelamnya kapal nelayan di Puger, Jember, tak berdampak pada aktivitas nelayan di Banyuwangi, khususnya Muncar. “Kami sudah mendengar ada kapal nelayan tenggelam di hajar ombak. Memang, sebulan terakhir cuaca kurang bersahabat. Tapi, nelayan kami masih normal melaut,” katanya, Jumat (20/7).

Baca juga:  Kunjungi RSUD Kota Salatiga, Ini Pelayanan yang Diinginkan Jokowi Segera Diwujudkan

Menurut Hasan Basri, sejak beberapa minggu terakhir, perairan selatan Jawa sedang panen raya ikan jenis layang. Karena itu, nelayan memanfaatkan momen tersebut untuk ramai-ramai turun melaut. “Kalau kondisi gelombang di tengah, tidak terlalu buruk. Yang parah itu mendekati garis pantai. Tapi, masih bisa kami toleransi,” jelas tokoh nelayan Muncar ini.

Ditambahkan, musim ikan menjadi masa panen nelayan. Sehingga, meski harus bertaruh nyawa, para nelayan tetap berangkat berburu ikan.

Bahkan, nelayan dengan perahu kecil juga tetap beraktivitas seperti biasa. Namun, mereka hanya melaut maksimal dalam radius 12 mil. “Meski nekat melaut, kami tetap berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi. Informasi perkembangan cuaca tetap kami bagikan ke seluruh nelayan,” jelasnya.

Baca juga:  Tak Pasang Monitor Pajak, Restoran di Banyuwangi Terancam Ditutup

Saat ini, kata Hasan Basri, ketinggian gelombang di laut lepas selatan Jawa rata-rata hanya 1 meter. Justru, di perairan dekat pendaratan ikan mencapai 2 meter lebih. B

iasanya, nelayan Muncar akan melihat ketinggian gelombang dari bangunan pemecah ombak. Jika bangunan tersebut masih terlihat, kondisi gelombang masih bisa diatasi. Termasuk, kecepatan angin. “Kalau memang kondisi gelombang dan angina sangat membahayakan, kami pasti akan libur melaut. Bagaimanapun, keselamatan tetap nomor satu,” tegasnya.

Baca juga:  UNESCO Pantau Ijen dan Alas Purwo

Selain di Muncar, aktivitas melaut juga masih dilakukan para nelayan di Pantai Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Kawasan ini yang bersinggungan langsung dengan Samudera Indonesia. Kondisi ombak cenderung ekstrem. “Di Grajagan, aktivitas juga masih normal. Belum ada laporan libur massal,” imbuhnya.

Saat ini, jumlah nelayan di Banyuwangi mencapai 13.400 orang, total armada perahu mencarai 2000 lebih. Tersebar di utara hingga perairan selatan Banyuwangi. Alat tangkapnya menggunakan metode tradisional. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *