MANGUPURA, BALIPOST.com – Kebakaran hebat terjadi, Senin (23/7) di kawasan Pecatu, Kuta Selatan. Kebakaran menghanguskan puluhan bangunan villa Blue Point dan Villa Ocean One.
Kapolsek Kuta Selatan, Kompol Nengah Patrem ditemui di lokasi kejadian menyebutkan, api berawal muncul dari bangunan milik Villa Ocean One. Akibat angin kencang, api merambat ke Villa Blue Point yang berada disebelahnya.
Akibatnya, puluhan bangunan yang berada di Villa Blue Point habis terbakar dalam waktu satu jam. “Dugaan awal, api diduga muncul dari selang untuk pengelasan. Karena di villa Ocean One, saat ini masih dalam proyek,” ucapnya.
Dikatakannya, proyek pembangunan Villa Ocean one, saat ini sudah hampir 90 persen. Dan rencananya 28 Juli ini dilakukan upacara pemelaspasan. “Bangunan Ocean One ini nantinya rencananya dijadikan lokasi kegiatan wedding,” terangnya.
Saat ini, pihak Kepokisian dan Pemadam Kebakaran belum bisa memastikan berapa unit yang terbakar. Karena saat ini masih dilakukan proses pendinginan. Rencananya, Selasa (24/7), dari identifikasi dan labfor akan melakukan pengecekan di TKP. “Besok tim Identifikasi dan Labfor akan melakukan penyidikan di lokasi,” pungkasnya.
Sementara, menurut penuturan Gede Wardana, salah seorang Security Villa Blue Point, kebakaran berawal dari proyek pembangunan di sebelah villa tersebut, pada pukul 14.00 wita. Dikatakannya, seluruh kamar penuh saat terjadi kebakaran.
Namun, saat terjadi kebakaran, seluruh wisatawan yang menginap disana tidak berada di lokasi karena sedang jalan-jalan. Dikatakannya, sebanyak 29 kamar yang beratapkan ilalang, habis terbakar. “Semua barang-barang milik wisatawan yang ada di kamar, dikeluarkan oleh karyawan. Namun ada beberapa kamar yang masih terkunci, tidak bisa diselamatkan barangnya,” katanya menuturkan.
Menurut Wardana, sebelumnya pada awal tahun 2018, kawasan Villa Blue Point juga sempat terbakar. Namun saat itu kondisi angin tidak terlalu kencang. Sehingga kebakaran hanya menghanguskan satu unit bangunan.
Dikonfirmasi terpisah, Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta mengatakan, saat pemadaman api, petugas pemadam terlihat kesulitan untuk mengambil air. Karena lokasi hidran air yang berada cukup jauh dari lokasi mengakibatkan proses pemadaman cukup lama.
Untuk itu, pihaknya berharap, pemerintah kabupaten badung bisa menambah keberadaan Hidran air. Kebutuhan tambahan hidran air ini, memang sangat mendesak untuk direalisasikan.
Untuk kawasan Pecatu yang topografi perbukitan, mengakibatkan mobil pemadam kebakaran terkadang kesulitan menuju lokasi. Untuk itu di sejumlah titik di Pecatu, memang dibutuhkan tambahan hidran air. “Untuk di Pecatu, minimal ada sebanyak 7 lokasi hidran air. Itu lokasinya harus tersebar di beberapa titik untuk mempermudah saat terjadi kebakaran,” ujar Sumerta yang juga Anggota DPRD Badung. (Yudi Karnaedi/balipost)