Wisatawan mancanegara (wisman) saat berkunjung ke DTW Alas Kedaton. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Erupsi Gunung Agung Agustus 2017 lalu mempengaruhi jumlah kunjungan diberbagai tempat tujuan wisata di Tabanan, termasuk Daerah Tarik Wisata (DTW) Alas Kedaton. Destinasi wisata yang menawarkan pemadangan asri hutan dan populasi keranya ini mengalami penurunan mencapai 25 persen. Untuk memulihkan angka kunjungan sekaligus meningkatkannya, DTW Alas Kedaton berencana menyiapkan daya tarik baru di lokasi DTW.

Kepala Badan Pengelola DTW Alas Kedaton, Wayan Semadi, Selasa (24/7) mengatakan, daya tarik baru tersebut antara lain menyiapkan titik-titik selfie di DTW Alas Kedaton. Penyiapan lokasi strategis untuk mengambil foto ini dilakukan mengingat saat ini selfie maupun wifi sedang sangat digandrungi oleh masyarakat.

‘’Nantinya ada empat titik lokasi untuk selfie yaitu di depan wantilan, di bawah pohon beringin, selatan Pura dan sebelah timur DTW,’’ ujar Semadi.

Selain menambah daya tarik baru, pihak DTW juga melakukan studi banding dan promosi ke tempat-tempat wisata lain. Promosi berupa pemberian selebaran mengenai DTW Alas Kedaton langsung ke wisatawan atau menitipkan brosur ke tempat-tempat wisata lainnya yang ada di Bali.

Baca juga:  Bantuan Permakanan Pengungsi di Buleleng Membludak

Menurutnya dulu sebelum erupsi Gunung Agung jumlah kunjungan ke DTW Alas Kedaton rata-rata 500 orang hingga 600 orang per hari. Setelah erupsi menurun hingga 30 persen. Namun dari kegiatan promosi yang terus menerus dilakukan, kunjungan saat ini berangsur normal.

‘’Dulu diawal erupsi berkurangnya hingga 30 persen dari kunjungan normal. Tetapi sekarang hanya berkurang 25 persen dari kunjungan normal,”  ujarnya.

Dari jumlah kunjungan saat ini, masih didominasi oleh wisatawan mancanegera yaitu sekitar 60 persen dari total kunjungan. Kebanyakan wisman ini berasal dari Tiongkok dan India.

Daya tarik utama DTW Alas Kedaton adalah populasi kera dan hutannya. Saat ini populasi kera di DTW Alas Kedaton mencapai 3000 ekor yang terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok Barat, Timur dan Selatan. Total luas areal DTW mencapai 12 hektar dengan luas hutan 7.5 hektar. Tidak hanya kera, ada atraksi kelewawar dan juga ular yang bisa dinikmati wistawan di dalam areal DTW. Selain itu wistawan juga bisa menikmati suasana asri hutan dijalur traking yang disediakan.

Baca juga:  Belasan Pelanggar KTR Jalani Sidang Tipiring

Selain pemandangan asri dan populasi kera, sejarah DTW Alas Kedaton dan mitos-mitosnya pun menarik untuk disimak. Seperti mayat kera yang mati alami karena tua dan sakit tidak pernah ditemukan tergeletak sembarangan di dalam hutan. Konon, kera-kera ini menguburkan sesamanya yang mati wajar seperti manusia.

‘’Dulu pernah pemangku yang dulu ngayah di sini dan sudah almarhum melihat kera-kera ini menguburkan kawannya yang mati. Tetapi ketika digali tubuhnya tidak ditemukan. Begitu juga ada lahan yang diduga kuat sebagai kuburan kera. Namun kuburan ini sempat diteliti dan digali tetapi tidak ditemukan tulang belulang atau jejak adanya kera yang dikubur,’’ jelas Semadi.

Baca juga:  Rumah Terbakar, Pulang Dari Pengungsian Sekeluarga Kini Tidur Beratap Terpal 

Kuburan kera itu sendiri saat ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan saat berkunjung ke DTW Alas Kedaton. Kepercayaan lain yang menarik untuk disimak yaitu tidak bolehnya menghidupkan dupa ketika bersembahyang di Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Begitu juga saat piodalan tidak boleh lewat jam enam sore.

Dipercaya setelah jam enam sore, ada piodalan niskala yang diselanggarakan di Pura tersebut. Piodalan Pura Dalem Kahyangan Kedaton pun menjadi salah satu daya tarik dari DTW Alas Kedaton. Setiap piodalan akan digelar ritual Mepeed yang diiringi bleganjur. ‘’Kami berencana untuk menyiapkan atraksi budaya secara rutin. Itu menjadi langkah untuk bisa menarik wisatawan dan meningkatkan angka kunjungan ke depan,’’ jelas Semadi. (wira sanjiwani/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *