BANDUNG, BALIPOST.com – Inovasi dalam pengelolaan pemerintahan dan pelayanan publik terus digenjot Pemkab Klungkung. Mendukung itu, tak hanya dilakukan dengan perbaikan kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Namun juga melakukan studi banding ke pemerintah daerah/kota lain. Seperti halnya, Selasa (24/7) yang menyasar Kota Bandung.
Di kota kembang ini, bidang kesehatan menjadi salah satu topik yang hangat didiskusikan. Study banding yang dipimpin Wakil Bupati, I Made Kasta diikuti sejumlah pimpinan OPD. Diterima langsung Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Pemkot Bandung, E.M. Ricky Gustiadi.
Pada kesempatan itu, Wabup Kasta menyampaikan ketertarikannya untuk studi banding. Tak lain karena Kota Bandung telah mampu menggulirkan berbagai program inovatif yang bermuara pada meningkatnya kesejahteraab masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan visi misi yang digaungkan Pemkab Klungkung. “Klungkung juga menggalakkan program inovatif. Tentu sangat sesui dengan Kota Bandung,” ungkapnya.
Mantan anggota DPRD Klungkung ini sempat memaparkan perkembangan pariwisata Klungkung maupun potensi lainnya. Setelah itu, ia lebih fokus mempertanyakan pola pelayanan kesehatan yang diterapkan Pemkot Bandung yang telah menyabet penghargaan dari pemerintah pusat. “Kami di Klungkung telah menerapkan Universal Health Coverage. Tetapi kami ingin tahu inovasi lain yang diterapkan disini, yang nantinya bisa diadopsi,” jelasnya.
Ricky Gustiadi mengatakan program inovatif tengah digaungkan Pemkot Bandung, terlebih dibawah pimpinan Ridwan Kamil. Hal tersebut tak hanya untuk bidang kesehatan, namun juga lainnya. “Seluruh perangkat daerah harus inovatif. Diseluruh aspek. Ini yang terus digaungkan,” katanya.
Sementara itu, khusus untuk bidang kesehatan, Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Siska Gerfianti menjelaskan dengan penduduk sekitar 2,5 juta, terdapat 80 puskesmas yang tersebar di 30 Kecamatan. Selain itu juga terdapat 34 Rumah Sakit dari tipe D sampai A. “Rumah sakit ini tak hanya melayani warga Kota Bandung. Tetapi juga dari Bandung Raya. Kalau Rumah Sakit Mata, juga menjadi rujukan kabupaten lain di Indonesia,” bebernya.
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, telah digulirkan sejumlah program. Yakni pengelolaan penyakit kronis (prolanis) plus. Pasien dilayani satu tempat di puskesmas, mulai dari edukasi hingga pengobatan. “Layanannya lengkap. Ini berjalan sejak 2015. Seluruh puskesmas melayani,” ucapnya.
Selain itu ada pula Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Menunjang fasilitas didalamnya, terdapat CSR dari pihak swasta. “CSR itu bisa berupa perbaikan toilet atau menambah fasilitas lain. Bebam sekolah menjadi lebih ringan. Sekolah yang sudah baik juga diwajibkan ikut mengedukasi sekolah lain. Jadi beban pemerintah juga diringankan,” ucapnya.
Antisipasi bayi stanting turut menjadi perhatian. Digulirkan program ojek makanan balita. “Supaya gizi anak terpenuhi, ojek ini yang membawakan makanan. Itu olahan dari hasil pertanian. Ini sudah diadopsi Puskesmas,” kata pejabat berkulit putih ini. Sejauh ini, sambungnya, masih ada masyarakat yang tidak bisa menjangkau rumah sakit secara cepat untuk pemeriksaan kesehatan. Oleh sebab itu, digulirkan program Layad Rawat, yakni, kunjungan langsung ke rumah. “Tinggal di telephone, petugas datang. Sampai saat ini sudah ribuan yang terlayani. Ada juga program layanan konsultasi atau curhat kesehatan. Ini non budgeter, melibatkan psikolog, psikeater. Melayani di tempat publik,” imbuhnya.
Program tersebut, menurut Kepala Dinas Klungkung, Ni Made Adi Swapatni layak untuk diadopsi. “Kalau yang seperti Layad Rawat sudah berjalan di Klungkung. Namanya pemeriksaan kesehatan masyarakat. Ini tinggal diintegrasikan saja dengan layanan telephone,” sebutnya. (Sosiawan/balipost)