Perajin saat memasang tisu deco pada kerajian sokasi. (BP/nan)

BANGLI, BALIPOST.com – Belakangan ini para perajin di Bangli terus berinovasi terhadap kerajian yang dibuat. Seperti yang dilakukan perajin sokasi Dewa Rai Nyoman Sudiasa. Perajin asal Banjar Tegalasah Kaja, Desa Tembuku, Bangli itu, kini melakukan inovasi deco terhadap kerajinan yang dibuatnya agar bisa tetap bersaing di pasaran.

Nyoman Sudiasa diwawancara di tepat membuat kerajian, Jumat (28/7), mengungkapkan, jika dirinya mulai berinovasi memakai tisu deco pada hasil kerajinan yang dibuat berupa sokasi, kepe sejak setahun lalu.

Kata dia, ide awal untuk memakai deco ini setelah dirinya mengikuti pameren di Yogyakarta. Dimana kala itu, ada kerajian yang dipamerkan daerah lain memakai deco ini, sehingga dirinya berinisiatif untk ikut mencoba menggunakan inovasi deco ini terhadap kerajinnya. Tapi sebelum memilih deco ini, dirinya dalam melukis sokasi, kepa dan kerajian lainnya memakai cat kayu dan perada.

Baca juga:  Diskes Bali Edukasi Penggunaan Alat Kesehatan dan PKRT

“Dulu saya coba inovasi ini di media kayu. Karena bagus, lalu saya coba ke media bamboo yakni sokasi dan kepe. Dan hasinya jauh lebih bagus dipakai di media bambu ketimbang kayu. Dari sanalah akhirnya saya terus memakai deco ini di media bambu sampai sekarang ini. Dari sisi pengerjaan juga lebih praktis memakai deco ini ketimbang cat kayu,” ucapnya.

Dia menjelaskan, deco ini merupakan tisu bergambarkan bungan, kupu-kupu dan yang lainnya. Dimana tisu ini, merupakan tisu dari Amerika.

Baca juga:  Do's and Don't, Pertegas Regulasi di Bali

Jelas dia, dalam pemakaian deco ini melalui berbagai tahapan. Tahapan awal tisu yang bergambarkan kupu-kupu bunga dan yang lainnya ditempelkan di sokasi atau kepe memakai cat khusus, setelah di tempal lalu dijemur. “Tisu deco yang dipakai tidak rusak meskipun terkan air,”paparnya.

Dia mengatakan, jika peminat masyarakat dengan hasil kerajinnya ini cukup banyak. Untuk memasarkan hasil kerajinnya, dia membawa ke sejumlah pasar-pasar tradisonal di seluruh Bali seperti Denpasar, Bangli, Badung, Gianyar dan Klungkung. “Untuk harganya sokasi dan kepe harganya bervariasi mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 400 ribu. Tergantung pembuatannya. Kalau lebih ruit harganya lebih mahal. Begitu juga sebaliknya,” jelasnya.

Baca juga:  Di Tengah Pandemi COVID-19, Perajin Bali Diajak Terus Berkarya

Lebih lanjut dikatakannya, penjualan meningkat ketika mendekati hari-hari raya. Termasuk musim ngaben ini penjulan juga sedikit meningkat karena musim ngaben warga lebih cenderung mencari kepe. “Biasanya penjualan ramai dua bulan menjelang Galungan dan Kuningan. Dan setelah itu penjualan kembali menurun,”jelas Sudiasa. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *