Usai dipasupati, para penari rejang ratu segara melakukan pentas di areal Pura Tanah Lot sebagai bagian kesiapan sebelum gladi resik jelang pementasan tanggal 18 Agustus mendatang. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Setelah hampir tiga bulan proses latihan dan penyempurnaan tarian Rejang Ratu Segara sejak dicetuskan, akhirnya Jumat (27/7) sebanyak 300 penari inti dipasupati di Pura Penyawangan Tanah Lot, kecamatan Kediri, kabupaten Tabanan.

Usai melakukan pasupati yang di isi dengan melakukan persembahyangan bersama, para penari inti ini kemudian pentas sebagai bagian dari gladi resik yang akan digelar tanggal 15 Agustus mendatang dengan melibatkan 1. 800 penari.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti yang juga pencetus tari Rejang Ratu Segara disela-sela melihat latihan mengatakan para penari inti inilah yang nantinya akan meneruskan mengajarkan ke penari lainnya di tiap tiap kecamatan. “Jadi mereka kita pasupati dulu, agar mendapatkan taksu, karena tarian ini merupakan tari sakral,” ucapnya.

Baca juga:  Diharap, Tak Ada Lagi Balapan Liar di Bangli

Dikatakannya, tari Rejang Ratu Segara memang dibuat khusus sebagai bentuk cinta akan seni dan persembahan kepada Ratu Segara. Tarian ini bermakna sebagai simbol rasa syukur terhadap ibu pertiwi karena kehidupan berasal dari beliau dan sebagai bentuk kasih, rasa terima kasih kepada alam.

Tarian ini kita persembahkan pada sang ibu pertiwi yang sudah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan menjaga tanah air, sekaligus mengajegkan Jagat Bali dan Nusantara. Tari Rejang Ratu Segara sendiri digambarkan sebagai bentuk kesenian yang penuh rasa, estetika dan keindahan kehadapan Betara-Betari (Ratu Segara) yang berstana di Pura dan Pantai Tanah Lot.

Baca juga:  Bupati Himbau Galian C di Zona Merah Tak Beraktivitas

Dibantu 2 (dua) orang koreografer handal, Putra Daerah asli Tabanan, yakni I Wayan Juana adi Saputra (Dadong Rerod) dan I Wayan Muder, diharapkan tari kreasi ini  tampil Agung, Sakral dan kejawen. Sehingga selaras dengan kondisi alam Pura dan Pantai Tanah Lot yang memang bersifat sakral dan penuh dengan aura mistis.

Berbeda dengan tari Bali umumnya, para penari ‘Rejang Ratu Segara’ mengenakan busana khusus berupa baju kebaya warna putih, kamben (kain) warna hijau, dan selendang warna hijau, sesuai dengan kesukaan Ratu Segara. Penari nantinya juga akan menggunakan hiasan bunga mawar dan memakai ronce sedap malam, ciri khas Ratu Segara (penguasa laut). Durasi tarian pun dirancang hanya 11 menit dengan rata rata penari berusia 18 tahun. Karena tarian ini merupakan tarian sakral maka selama pementasan jika terjadi kerauhan pada penari, tidak boleh serta merta tarian dihentikan, bahkan yang tidak bersangkutan juga dilarang masuk ke dalam areal para penari. Bahkan tarian sakral ini akan dipentaskan pada pukul 18.18 wita.

Baca juga:  Sampai Januari 2021, Hampir 80 Persen Debitur Dapat Restrukturisasi Kredit

“Meski demikian, tetap ada petugas yang akan berjaga jaga di pinggir pantai mengantisipasi hal yang tidak diinginkan saat pementasan tanggal 18 Agustus mendatang ,” pungkas Bupati Eka. (puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *