GIANYAR, BALIPOST.com – Menjelang akhir Juli tahun ini, okupansi hotel dan homestay di Gianyar, khususnya Ubud, terus mengalami peningkatan. Data terahir mencatat persentasenya di atas 70 persen. “Hotel juga sama, okupansi terus membaik sampai 70 persen lebih,” ucap Ketua Ubud Homestay Association (UHSA) I.B. Wiryawan, Jumat (27/7).
Bahkan saat ini pada sejumlah homestay ada yang hampir penuh. Pria yang akrab disapa Gus De ini mengatakan tingkat okupansi tersebut diperkirakan akan bertahan hingga Agustus. “Kita juga menegcek lama tinggal para wisatawan, artinya sampai Agustus mendatang,” katanya.
Dikatakan wisatawan yang menginap pada homestay di Ubud dominan asal Eropa, khususnya Eropa Timur, seperti Swedia dan Belgia. Sementara untuk wisatawan Eropa lainya seperti Belanda, Prancis dan lainnya, masih terpantau tinggi. “Jadi ini seperti konsumen baru yang datang ke Ubud, sementara Belanda, Jerman dan lainya masih tetap setia tinggal di Ubud,” katanya.
Selain itu wisatawan Australia juga cukup banyak tinggal di Ubud. Sementara wisatawan Asia, khususnya Cina, dominan datang ke Ubud hanya melancong. Sementara untuk menginap, mereka lebih memilih di Bali Selatan. “Jarang ada wisatawan Cina yang menginap, kalau pun ada palingan hanya sehari,” katanya.
Berdasarkan peningkatan okupansi ini, Gus De pun mengakui sejumlah homestay meningkatkan tarif kamar per malam. Dari yang awalnya sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu, menjadi Rp 350 hingga Rp 400 ribu. Bahkan untuk kamar yang paling mahal bisa dipasang tarif hingga Rp 600 ribu per malam. “Semua merata harganya, kita tingkatkan selama musim high season ini,” katanya.
Senada disampaikan Kadisparda Gianyar A.A. Bagus Ari Brahmanta, saat ini okupansi di Ubud sudah menyentuh 70 persen lebih. Kunjungan wisatawan juga meningkat. “Terutama di Ubud bisa dililhat dari keramaian di restoran, di Puri Ubud hingga di Pasar Seni Ubud,” katanya.
Ditambahkan ramainya kunjungan ini juga terlihat diseluruh kawasan objek wisata yang dikelola Pemkab Gianyar. Terutama objek wisata Tirta Empul. “Kalau kunjungan saja itu masih didominasi Cina,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)