Produksi beras hitam masih terkendala pemasaran. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Produksi beras merah yang telah dikembangkan di Tabanan menjadikan produk pertanian Bali memiliki nilai tambah. Saat ini selain beras merah, dikembangkan pula beras hitam.

Namun pengembangan beras hitam ini masih tersendat karena kendala pemasaran. Seperti diungkapkan I Made Merta Suteja, petani asal Banjar Munduk, Desa Bengkel, Kediri, Tabanan yang sudah 2 tahun mengembangkan padi hitam. Ia bersama anaknya Pande Putu Widya Paramarta menjalin kolaborasi dalam memproduksi beras hitam.

Merta Suteja bertani di lahan sawah, sementara anaknya yang mengelola unit usaha pertanian dalam manajemen Boki, Beras Pertanian. Unit usaha ini yang melakukan pengelolaan hasil pertanian dari Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Subak Bengkel.

Baca juga:  Jokowi Jamin Selesaikan Kendala Investasi Secara Cepat

Ia mengatakan beras hitam awalnya dikembangkan oleh perorangan. Bibitnya berasal dari Jawa Barat. Masuk ke desanya sekitar 5 – 7 tahun yang lalu.

Setelah berkonsultasi dengan desa dan subak, akhirnya beras hitam diangkat menjadi produk unggulan desa dan Subak Bengkel. “Sekarang mulai dikembangkan sekitar 5 ha oleh desa bekerjasama dengan kelompok yang ada di subak,” kata Pande menimpali.

Lahan Subak Bengkel 330 ha, sehingga 5 ha pengembangan padi hitam masih sangat kecil. Per ha lahan, mampu menghasilkan 5 ton padi hitam. Sehingga jika 5 ha lahan ditanami padi hitam, akan mampu menghasilkan 25 ton padi hitam.

Namun serapan gabah oleh Subak Bengkel maksimal 2 – 5 ton. “Jadi serapannya masih rendah,” ungkapnya.

Baca juga:  Petani Enggan Tanam Bawang Putih, Lebih Pilih yang Merah

Sisanya, petani menyimpan di lumbung untuk stok pangan ke depannya. Padahal potensi beras hitam untuk meningkatkan kesejahteraan petani besar. Karena harga gabah padi hitam adalah Rp 8.000/kg, dua kali lipat dari harga padi putih. “Tapi pasar beras hitam memang ada. Minat petani juga tinggi untuk menanam padi hitam. Karena harga gabahnya Rp 8.000/kg. Sedangkan berasnya dijual dengan harga Rp 30.000/kg, itupun sudah dalam kemasan yang cantik,” pungkasnya.

Ia berharap beras hitam dapat lebih dikenal lagi oleh masyarakat. Selama ini, pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Selain itu juga kini ada bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan, bahwa beras hitam dapat dijual di Toko Tani Indonesia (TTI).

Baca juga:  Risiko Osteoporosis Mengancam, Masyarakat Diajak Aktif Bergerak

Beras hitam sempat masuk ke pasar. Namun dikomplain customer karena warnanya yang tidak hitam sempurna.

Meski demikian, rasanya tetap enak, tidak sepet seperti beras merah. Warna beras yang tidak hitam sempurna menurutnya karena bibit padinya sudah tidak murni. Maka dari itu, ia bersama UPT Pengawas Benih Provinsi Bali melakukan pemuliaan bibit. Hanya saja, bibitnya belum bisa disertifikatkan. Karena memang tidak ada sertifikat bibit padi hitam.

Beras hitam diminati lantaran khasiatnya mengandung antioksidan dan antosianin. Sehingga mampu memperlambat penuaan serta mencegah diabetes. Selain menjadi beras, padi hitam juga dikembangkan menjadi teh yang berkhasiat untuk stamina. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *