Irwan Hidayat menjadi pembicara dalam seminar herbal yang digelar di Pontianak. (BP/istimewa)

PONTIANAK, BALIPOST.com – Indonesia merupakan salah satu negara megadiversiti terbesar di dunia. Dari 40 ribu spesies tanaman obat, sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat obat dan baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Menurut data WHO 2005 diperkirakan sebanyak 75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan obat-obatan herbal.Saat ini para praktisi medis dan farmasi terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dan membuktikan tingkat keberhasilan obat-obatan herbal yang disebut dengan herbal medik.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis kesehatan. Guna mensosialisasikan hal tersebut, Sabtu (28/7), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbkbekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Ikatan Apoteker Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia mengadakan Seminar Herbal bertema “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat.” Seminar diikuti oleh 350 peserta dari kalangan kedokteran, peneliti, mahasiwa, dan masyarakat umum di Pontianak.

Baca juga:  Jamu Bisa Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Acara diawali dengan sambutan dari Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Kemudian dilanjutkan dengan seminar sesi pertama yang dibuka oleh Dra. Ida Lumongga Apt, MH (Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BPOM RI). Dilanjutkan Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), M.Kes., MH.Kes (Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI) dan sesi 1 diakhiri oleh Irwan Hidayat (Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk).

Selanjutnya pada sesi kedua, seminar dimulai oleh Prof. dr. Edi Dharmana, M.Sc., PhD, Sp.Park (Imunolog Peneliti Herbal, Guru Besar Universitas Diponegoro), Ipang Djunarko, S.Si., M.Sc., Apt (Fakultas Farmasi, Universitas Sanatha Dharma), dan DR. Ronny Martien, M.Si (Universitas Gadjah Mada). Materi yang disampaikan dari para pembicara yaitu Kebijakan Pengobatan Obat Tradisional Indonesia, Kebijakan Pengobatan Tradisional Komplementer di Indonesia, Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP), Uji Manfaat Tolak Angin, Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin Cair.

Baca juga:  Peraih Perak Badminton Ganda Putra Jadi Bintang Iklan

Seminar Herbal ini merupakan seminar ke-41 kali yang diselenggarakan Sido Muncul sejak 2007. Kota-kota lain yang juga pernah dilakukan seminar herbal adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, Magelang, Banjarmasin, Bali, dan Malang. Bahkan seminar juga pernah dilakukan lebih dari satu kali di beberapa kota tersebut.

Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat mengatakan melalui seminar herbal seperti ini diharap akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia. “Selain itu kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan,” katanya.

Baca juga:  Muncul Klaster BMT, 11 Positif COVID-19 dan 1 Meninggal

Seperti halnya produk Tolak Angin, Sido Muncul telah melakukan berbagai penelitian, yaitu Uji Toksisitas dan Uji Khasiat dengan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Diponegoro. Hasilnya, minum Tolak Angin dalam jangka panjang tidak menimbulkan efek samping jika diminum sesuai dosis anjuran (tidak menimbulkan efek toksit bagi organ tubuh). “Tahun 2007 Tolak Angin telah mendapatkan sertifikat Obat Herbal Terstandar (OHT) dari Badan POM,” tambah Irwan. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *