NEGARA, BALIPOST.com – Sejak tahun 2017 lalu, atap SDN 2 Tegal Badeng Barat (TBB) jebol. Atap bangunan yang terbuat dari baja ringan tersebut jebol karena selain sudah karatan juga gentengnya juga banyak yang berjatuhan.
Akibat jebolnya atap bangunan tersebut membuat para siswa harus mengungsi ke tempat lebih aman sehingga proses belajar mengajar lebih lancar dan aman.
Kepala SDN 2 Tegal Badeng Barat I Kade Awan Pianta dikonfirmasi Rabu (1/8) mengakui kalau atap sekolah tersebut jebol. Para siswa diatur, proses belajar mengajar dilaksanakan di ruang perpustakaan dan UKS.
Atap bangunan yang direhab tahun 2009 itu ada empat ruangan yaitu ruang kelas IV, V dan VI serta UKS. Dikatakan, pihaknya sejak atap bangunan jebol sudah melapor baik ke Kepala Desa dan ke Pemkab Jembrana. Bahkan Kadis Dikporaparbud juga sudah turun mengecek.
“Sekitar bulan Februari ketika bertemu pak Kadis di Cupel acara Porcam kami sampaikan dan mohon beliau untuk mampir dan mengecek sekolah kami. Beliau sudah ngecek,” katanya.
Petugas katanya sudah 3 kali melakukan pengukuran. Dari pengamatan atap genteng bangunan sebelah utara itu dari luar tampak jebol. Demikian juga plapon di luar ruangan dan di dalam ruangan juga sudah jebol. Jika setiap hujan ruangan tersebut selalu banjir. “Karena tidak ada ruangan lagi kami tidak tahu dimana menaruh bangku/meja. Jadi kami biarkan saja di ruangan,” kata Awan Pianta.
Sementara Kabid Dikdas Dikporaparbud Jembrana Dewa P Wardana Astawa dikonfirmasi mengatakan tahun ini pihaknya akan merehab 8 sekolah dari anggaran induk 2018.
Delapan sekolah tersebut diantaranya ada SDN 2 Tegal Badeng Barat juga dengan anggaran Rp 230 juta (direncanakan bulan September). Selain itu ada SDN 5 Melaya Rp 264,7 juta, SDN 1 Melaya Rp 362 juta (sudah proses pengerjaan). SDN 4 Brangbang Rp 227, 6 juta,.SDN 2 Air Kuning Rp 386 juta, SDN 4 Batuagung Rp 352 juta, SDN 3 Yehembang Rp 478,8 juta dan SDN 3 Yehembang Kangin Rp 228,6 juta.
Terkait SDN 2 Lelateng yang sempat dicek Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan katanya rehab ditunda karena salah perencanaan. Dimana bangunan sekolah terlanjur dimusnahkan namun dianggarkan direhab sehingga anggaran tidak memadai. “Jadi kami tunda dan dianggarkan tahun 2019,” jelasnya.
Untuk rehab atap bangunan disesuaikan dengan kondisi di sekolah. Jika sebelumnya menggunakan kayu akan tetap menggunakan kayu. Namun jika memakai baja ringan akan tetap baja ringan, hanya saja genteng untuk baja ringan diganti dengan genteng metal sehingga lebih ringan. “Kami dalam perehaban sekolah melihat skala prioritas,” jelasnya. (kmb/balipost)