Balai Arkeologi Provinsi Bali melakukan penelitian di Situs Tanjung Ser, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak Minggu (5/8) kemarin. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Balai Arkeologi Provinsi Bali meneliti temuan Situs Tanjung Ser di Dusn Yeh Panes, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak. Sejumlah pecahan gerabah dan keramik berhasil ditemukan dari penelitian lanjutan ini. Peneliti menduga, Situs Tanjung Ser merupakan kawasan pemukiman zaman pra sejarah persisnya pada masa Hindu Budha. Dugaan lainnya adalah situs ini adalah kawasan pelabuhan kuno pada zaman-nya.

Penelitian ini dilakukan melibatkan enam peneliti dari Balai Arkeologi Provinsi Bali dan dibantu sejumlah warga lokal untuk membantu penggalian. Lokasi penggalian ini di atas tanah milik Warga Negara Asing (WNA) asal Italia Mr. Mello. Lokasi penggalian ini di dekat pantai dan berada dalam kawasan Bukit Ser yang dikenal memiliki arua megis yang tinggi.

Ada dua kotak penggalian yang berhasil dibuka sejak 27 Juli dan dijadwalkan berakhir 10 Agustus 2018 mendatang. Dari dua kotak itu, peneliti menemukan ratusan pecahan gerabah dan kramik. Selain itu, peneliti banyak menemukan cangkang kerang yang ikut terkubur sejak ratusan tahun silam.

Peneliti Balai Arkeologi Provinsi Bali Drs. I Wayan Suantika Minggu (5/8) mengatakan, Situs Tanjung Ser ditemukan tahun 2000 yang lalu. Ini diawali dengan survai setelah ada warga menemukan dua buah Arca Dewi dan Arca Nadhi.

Baca juga:  Gianyar Hadapi Tingginya Alih Fungsi Lahan Pertanian, Tertinggi di Kecamatan Ini

Sekarang, kedua arca kuno itu disimpan di areal Pura Bukit Celedu, Desa Pakraman Pemuteran. Tahun 2001 yang lalu, pihaknya melakukan pengujian di mana saat itu di atas lahan penelitian ini sedang ditanami jagung. Dari gemburan tanah itu, ditemukan beberapa pecahan gerabah dan keramik.

Temuan ini semakin menguatkan, bahwa lokasi ini terkubur benda pada zaman purbakala. Hal ini dikuatkan dengan uji lanjutan dengan membuka tiga lokasi kotak penelitian dan menunjukkan hasil yang sama. “Ini penelitian lanjutan setelah kami melakukan pengujian sebelumnya dan benda yang kita temukan pecahan gerabah, keramik, dan tembikar. Tahun ini kita buka dua kotak lagi dan lebih banyak lagi pecahan gerabah dan keramik termasuk cangkang kerang kami temukan,” katanya.

Menurut Wayan Suantika, dari penelitian lanjutan ini pihaknya menemukan hasil di mana Situs Tanjung Ser ada pada zaman prasejarah terutama pada masa Hindu Budha. Di situs ini diduga dahulu dihuni oleh banyak warga. Bahkan, tidak saja dari Pemuteran dan sekitarnya, tetapi juga ditinggali oleh penghuni luar Bali. Analisis dihuni banyak orang karena dari temuan pecahan gerabah dan keramik termasuk peralatan memasak dari tanah liat yang sangat banyak. Pergerakan penghuni yang sangat banyak diduga ada dengan Situs Gilimanuk yang juga ditemukan berpenduduk banyak.

Baca juga:  Kejari Buleleng Musnahkan 0,5 Kilogram Barang Bukti Narkoba

Dugaan lain lanjut Wayan Suantika, dugaan hasil penelitian ini adalah adanya kemungkinan kalau di Situs Tanjung Ser sendiri adalah kawasan pelabuhan kuno pada masa prasejarah. Lagi-lagi dugaan ini karena pecahan gerabah dan benda lainnya dibeli oleh penghuni masa masa itu yang didatangkan dari laur bali melalui jalur laut. Tidak itu saja, bukti temuan awal berupa dua arca diyakini ada kaitan aktifitas megalitik penghuni lewat pemujaan batu-batu di sejumlah kawasan pura di Kecamatan Gerokgak.

“Yang pasti di situs ini adalah dihuni banyak penduduk. Dugaan kita lain adalah kawasan ini adalah pelabuhan kuno yang ada kaitannya dengan pelabuhan kuno lain di pesisir Buleleng timur seperti di Desa Sembiran, Julah, Ponjok Batu, dan Pacung. Kalau hasil nanti benar, maka situs ini menjadi kawasan pelabuhan kuno yang berperan penting di kawasan Buleleng barat,” jelasnya.

Baca juga:  Meninggal Nihil Bertambah, Kasus Harian COVID-19 Bali Makin Turun

Sementara itu Kepala Balai Arkeologi Provinsi Bali Drs. I Gusti Made Suarbhawa mengatakan, Situs Tanjung Ser sangat berkaitan dengan kehidupan zaman prasejarah di pesisir Bali. Situs ini juga berkaitan dengan Situs Gilimanuk, Kalibukbuk, Kalanganyar, dan Pulaki.

Untuk menuntaskan penelitian ini, pihaknya merencanakan penelitian lanjutan. Dalam penelitian lanjutannya, pecahan gerabah, kramik, cangkang kerang, dan batu akan dilakukan uji laboratorium untuk memastikan bentuk, fungsi, dan asal benda tersebut. Selain itu, juga akan dilakukan penelitian watu atau dikenal dengan istilah dating untu memastikan umur semua benda purbakala tersebut.

“Setelah menemukan benda ini aka nada penelitian lanjutan dan memang kami memerlukan waktu panjang untuk menemukan benda lain termasuk rangka manusia-nya. Setelah penggalian ini kami akan sampaikan kepada pemerintah mulai di desa, kecamatan, kabupatendan Bali, sehingga situs yang sudah kita teliti ini ada komitmen melakukan pelestarian,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *