Tercatat lima dari tujuh rumah warga di Tempekan Medum, Dusun Kelandis, Desa Kelandis, Kecamatan Kubutambahan roboh dan rata dnegan tanah akibat gempa yang berpusat di Lombok, NTB Minggu (5/8) malam lalu. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Gempa yang menguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) Minggu (5/8) malam mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah, pelingih, gedung sekolah, dan fasilitas kesehatan (faseks) di Buleleng. Ada lima rumah warga di Tempekan Medum, Dusun Kelandis, Desa Kelandis, Kecamatan Kubutambahan rata dengan tanah.

Tak hanya itu, dua warga luka-luka karena terkena benturan puing rumah yang ambruk. Sampai saat ini, satu korban dikabarkan kritis dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Sanglah Denpasar.

Data dikumpulkan di lapangan Senin (6/8), empat rumah yang rata dengan tanah ditempati oleh masing-masing Wayan Madri (70), Gede Sidimantra (29), Jro Ketut Mangku Rentena (48), Jro Mangku Wayan Wardi (40), dan Putu Riski Permana (4). Selain rumah milik keluarga ini rata dengan tanah dan tidak bisa ditempati, perlengkapan rumah, tiga unit sepeda motor, dan tujuh kwintal cengkeh ikut tertimbun puing reruntuhan bangunan. Pelinggih milik dua keluarga ini rusak saat gempa 7 SR terjadi.

Selain itu, sebuah dapur dan kamar mandi milik Wayan Redana juga roboh rata dengan tanah. Sementara dua rumah lain masing-masing milik Nengah Anggriana (42) dan Gede Masia (42) rusak berat smapai nyaris roboh. Tembok rumah permanen kedua warga ini sebagian ambruk dan tinggal pondasinya nyaris akan longsor karena lokasi rumah berada di tanah terjal.

Baca juga:  Dari Warga Asing Diduga Dihabisi di Sanur hingga Tambahan Kasus Harian COVID-19 Bali Hampir Capai 500

Seorang korban Gede Sidimantra (29) menceritakan, sebelum kejadian dia bersama keluarga dan beberapa warga lain sedang ngepik (memisahkan-red) bunga cengkeh dari tangkai-nya.

Saat gempa menguncang, rumah mereka ambruk. Kontan saja Sidimantara dan warga lainnya dengan cepat keluar rumah. Tidak ada kesempatan untuk menyemakatkan barang-barang berharga di dalam rumah dan dalam waktu singkat tembok dan atap rumahnya ambruk rata dengan tanah.

Bahkan, dia sendiri megalami luka pada kaki terkena reruntuhan bongkahan beton. Tragisnya lagi, Sidimantara menemukan neneknya Wayan Madri terjebak di dalam rumah yang ambruk.

Beruntung, nenaknya itu bisa bertahan dan meminta tolong dikeluarkan, sehingga dia dan warga lain membantu mengevakuasi Wayan Mandri. Dia pun langsung memeriksakan luka yang dialami neneknya itu ke Puskesmas Pembantu (Postu) di Desa Kelandis.

Setelah dinyatakan tidak ada luka serius, nenaknya kembali ke rumahnya bersama keluarga lain yang bertahan di pigngir jalan dengan perlindungan seadanya. Neneknya itu mengeluh muntah-muntah dan trauma, sehingga langsung diperiksakan ke RSUD Buleleng.

“Saya lihat nenek saja tidak ketemu setelah rumah ambruk dan saya panggil dia minta tolong dari dalam puing rerunuhan dan langsung saya bantu keluar. Saya dibantu Pak Camat Kubutambahan untuk mengantar nenek berobat ke RSUD dan informasinya sudah dirujuk ke Sanggalah karena kondisinya kritis,” katanya.

Baca juga:  Kenali Ciri-ciri Toxic Relationship, Jangan Sampai Terjebak

Pasca kejadian itu, kemarin keluarga Sidimantara dan warga lain gotong royong membersihkan puing reruntuhan rumahnya. Untuk semeentara, dia memilih untuk tetap tinggal di bekas rumahnya dengan membentangkan atap sementara dari terpal plastik. Sementara itu, kebutuhan pokok, selimut, dan pakaian sangat diharapkan oleh keluarga ini. Pasalnya, perlengkapan rumah tangga mereka masih tertimbun dan nyaris tidak bisa digunakan kembali.

“Saya sudah disarankan mengungsi, tapi saya dan keluarga tinggal di rumah ini saja dan untuk sementara pasag terpal dulu agar tidak kedingin di malam hari. Saya sangat mengharapkan ada bantuan sembako, selimut dan pakaian. Sebab setelah kejaian pakaian yang saya pakai ini saja utuh kalau lainnya sudah tertimbun semua,” jelasnya.

Berbeda dengan warga lain yang rumahnya juga rusak berat akibat guncangan gempa. Pemilik rumah ini memutuskan untuk mengungsi ke rumah kerabat. Ini karena selain rumah tidak bisa ditinggali, warga pun mengaku tidak memiliki perlengkapan rumah tangga atau sembako untuk persedian bebrapa hari ke depan.

Baca juga:  RSUD Bali Mandara Miliki Layanan Kanker Terlengkap di Indonesia Timur

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ida Bagus Suadnyana, SH bersama Camat Kubutambahan Made Suyasa turun langsung melakukan pendataan kerusakan akibat gempa. Ida Bagus Suadnyana mengatakan, kerusakan rumah,pelinggih, dan fasilitas lain paling parah terjadi di Desa Kelandis (Kecamatan Kubutambahan), Desa Alasangker, Kelurahan Kampung Anyar, (Kecamatan Buleleng), dan Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula.

Sampai, pihaknya masih terus mendata kerusakan yang terjadi. Sementara bantuan tenda dan paket sembako mulai didistribusikan untuk membantu meringankan penderitaan korban gempa.

Terkait penanganan lanjutan, langkah awal BPBD Buleleng berkoordinasi ke BPBD Provinsi Bali untuk memprogramkan bantuan perbaikan rumah para korban. Bahkan kalau usulan untuk bantuan perbaikan juga diusulkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Terparah ada di Kecamatan Kubutambahan, kemudian di Kecamatan Buleleng dan sedikit di Tejakula. Kami masih hitung dan bantuan untuk tenda dan sembako akan dipasok. Warga uga kami minta waspada dan kami minta untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, sehingga terhindar dari bahaya jika sewaktu-waktu ada gempa susulan,” katanya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *