Ilustrasi. (BP/dok)

MATARAM, BALIPOST.com – Korban akibat gempa 7,0 SR di Pulau Lombok bertambah. Data terhimpun hingga Senin (6/8) pukul 11.00 Wita, tercatat 91 orang meninggal dunia, 209 orang luka-luka, ribuan rumah rusak mengakibatkan ribuan jiwa mengungsi.

Diperkirakan jumlah korban dan kerusakan akibat dampak gempa akan terus bertambah. Dari 91 orang meninggal dunia terbanyak di Kabupaten Lombok Utara 72 orang. Dampak korban lainnya, di Kota Mataram 4 orang, Lombok Timur 2 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Barat 9 orang. Gempa dirasakan hingga Provinsi Bali hingga menyebabkan 2 orang meninggal.

“Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui rilis resmi yang diterima Suara NTB, Senin siang.

Baca juga:  Belum Dikelola Baik, Potensi Laut di Sulawesi Utara

Semua korban meninggal dunia dipastikannya warga negara Indonesia. Belum adanya laporan wisatawan yang menjadi korban akibat gempa.

Daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa. Kerusakan rumah dan bangunan terjadi luas.

Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya rusak ringan diguncang gempa 6,4 SR pekan lalu, menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa 7 SR.

Berdasarkan laporan pertugas di Kabupaten Lombok Utara perkiraan kerusakan rumah di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Bayan, Kecamatan Kayangan, Kecamatan Gangga, KecamatanTanjung dan Kecamatan Pemenang mencapai lebih dari 50 persen. “Artinya banyak rumah yang rusak. Tapi masih dilakukan pendataan,” sebutnya.

Sementara kondisi pengungsi, tersebar di banyak tempat. Mereka masih berada di lapangan dan di halaman rumahnya sebagai pengungsi mandiri.

Baca juga:  MotoGP Dongkrak Hunian Hotel di Mataram

Sementara penanganan, terkendala beberapa hal yaitu terbatasnya alat berat, luasnya daerah yang terdampak, listrik pada di Lombok Utara dan Lombok Timur, saluran komunikasi mati.

Selain itu, rusaknya jembatan di tiga tempat yaitu jembatan Tampes, jembatan Lokok Tampes dan jembatan Luk yang menyebabkan aksesibilitas terganggu, terbatasnya ketersediaan logistik.

Upaya penanganan terus dilakukan dalam masa tanggap darurat penanganan gempa yang telah diperpanjang hingga tanggal 11 Agustus.

Selain itu, tambahan personil dan logistik terus dikirimkan. BNPB mengirimkan 21 ton bantuan logistik dan peralatan melalui kargo. Rinciannya 2 helikopter BNPB diperbantukan untuk penanganan darurat. TNI memberangkatkan 3 pesawat Hercules C-130 untuk mengirim satgas kesehatan dengan membawa obat-obatan, logitik, tenda, dan alat komunikasi.

Baca juga:  Berwisata ke Lombok? Coba Deh Lombok Elephant Park

KRI dr Suharso diberangkatkan dari Surabaya ke Lombok untuk dukungan kapal rumah sakit. Basarnas mengirimkan personil, helikopter, kapal dan peralatan untuk menambah kekuatan operasi SAR. Polri mengirimkan personil, tenaga medis dsn obat-obatan dan 2 helikopter.

Kementerian Pariwisata mengaktivasi Tim Crisis Center untuk memantau kondisi wisatawan. Kementerian PUPR  menggerakkan alat berat, menambah air bersih dan sanitasi. Kementerian/Lembaga dan NGO mengirimkan personil dan bantuan.

Diinformasikan juga, kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan khususnya makanan siap saji, air mineral, air bersih, tenda, terpal, tikar, selimut, pakaian, makanan penambah gisi, layanan trauma healing, dapur umum, obat-obatan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *