Petani saat melakukan panen padi di lahan persawahan. Panen raya menyumbangkan pertumbuhan ekonomi dalam triwulan II 2018. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Semester I 2018, ekonomi Bali tumbuh 5,86 persen ctc (triwulan I ditambah triwulan II 2018 dibandingkan triwulan I ditambah triwulan II 2017). Pertumbuhan ini sejalan dengan kunjungan wisatawan yang naik 22 persen dan adanya panen raya padi di triwulan ini, sehingga kelompok pertanian, kehutanan, perikanan tumbuh 2,84 persen.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan, SE., M.Si., Senin (6/8), menyampaikan, pertumbuhan 5,68 persen ctc ini mengalami perlambatan dibandingkan periode sama tahun 2017 yang tumbuh 6,10 persen. Namun menurutnya, pertumbuhan ini cukup baik. “Pertumbuhan 5,86 persen ini bukan rendah, tapi relatif tinggi. Karena tidak lebih dari 10 provinsi yang bisa tumbuh di atas 6 persen. Indikasi pertumbuhan ini pun dapat dirasakan hingga lapisan bawah masyarakat,” ungkapnya.

Baca juga:  Gagal Terwujud di 2020, Regulasi Retribusi Obyek Wisata Baru di Bangli

Pertumbuhan ini tidak terlepas dari pertumbuhan wisatawan yang naik 22 persen qtq, di bidang pertanian tumbuh 2,84 persen dengan adanya peningkatan produksi padi 48,68 persen qtq (quartal to quartal), industri pengolahan besar sedang meningkat 8,38 persen, industri menengah kecil meningkat 8,95 persen.

Meski bidang pertanian mengalami pertumbuhan, namun ia mencermati sejak tahun 2010, kontribusi pertanian terhadap PDRB terus mengalami penurunan. Sebelumnya kontribusi pertanian mencapai 17 persen, sedangkan triwulan II 2018 ini kontribusi pertanian 13, 95 persen. Sedangkan kontribusi akmamin pada pertumbuhan PDRB adalah 23,19 persen.

Sementara dari sisi permintaan yaitu komponen konsumsi masyarakat tumbuh 3,47 persen yoy (year on year) pada semester I 2018. Selain konsumsi rumah tangga, impor barang modal juga mengalami peningkatan kurang lebih 7 persen, belanja modal pemerintah meningkat 2 kali lipat. Ekspor juga meningkat 22 persen, terutama ekspor jasa karena ekonomi Bali dominan disangga pariwisata.

Baca juga:  Rastafara Cetamol Garap Video Klip "Aku Ingin Wisuda"

Sementara ekspor komoditi mengalami penurunan yaitu komoditi, kayu, kulit dan karet. Jasa keuangan tumbuh negatif -0,31 persen. “Lima lapangan usaha dengan kontribusi relatifbesar yaitu kelompok pertanian, kehutanan, perikanan, kelompok konstruksi, kelompok perdagangan besar dan eceran, reparasi kendaraan, kelompok transportasi pergudangan, kelompok akmamin. Jika ditotal, 70 persen pertumbuhan PDRB disumbang lima kelompok ini,” ungkapnya.

Analis Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Provinsi Bali Umran Usman mengatakan, Bali masih memiliki sumber–sumber pertumbuhan ekonomi di triwulan berikutnya sehingga BI KPw memproyeksi pertumbuhan ekonomi Bali 5,9- 6,3 persen. Dari data BPS Bali itu terlihat kinerja jasa keuangan -0,31 persen.

Baca juga:  Beralasan Ini, BI Optimis Ekonomi Indonesia Tak Resesi

Menurutnya karena NPL cenderung meningkat, sehingga bank-bank lebih selektif dalam penyaluran kredit. “Yang berdampak pada ekonomi itu kalau bank menyalurkan kredit ke pelaku usaha atau masyarakat. NPL kan cenderung meningkat, sehingga bank akan menyelesaikan terlebih dahulu kredit masalah itu, kedua selektif untuk membiayai terutama bidang usaha yang NPL-nya naik,” jelasnya.

Kinerja bank ini tidak hanya dampak dari erupsi Gunung Agung tapi juga situasi ekonomi global yang melemah. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *