DENPASAR, BALIPOST.com – Gempabumi yang terjadi Kamis (9/8) siang menurut hasil analisis BMKG berkekuatan 6,2 SR. Namun selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi 5,9 SR.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8,49 LS dan 116,19 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 13 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 16 km. Dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault) mengingat episenternya relatif sama dengan gempabumi yang terjadi pada 5 Agustus 2018 lalu. BMKG menyatakan bahwa gempabumi ini merupakan gempabumi susulan (Aftershock) dari rangkaian gempabumi yang terjadi sebelumnya.
Dampak gempabumi berdasarkan Peta Tingkat Guncangan (Shakemap BMKG) dan laporan masyarakat menunjukkan bahwa guncangan dirasakan di daerah Lombok Utara III SIG-BMKG (VI MMI), Mataram II SIG-BMKG (V MMI), Klungkung, Denpasar, dan Lombok Tengah II SIG BMKG (III-IV MMI), Sumbawa dan Karangasem II SIG-BMKG (III MMI). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 14.05 Wita, Hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 362 aktivitas gempabumi susulan (aftershock), diantaranya 18 gempabumi dirasakan. “Kepada masyarakat kami himbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tandas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, S.T., Dipl.,Seis.,M.Sc., dalam siaran persnya. (Winatha/balipost)