VAR
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali belum terbebas dari penyakit campak dan infeksi virus rubella. Penyakit campak masih menyerang anak-anak balita. Bahkan campak juga menyerang anak SMP dan SMA.

Kasus terakhir yang muncul yaitu pada akhir tahun 2016 di Nusa Penida, beberapa warga terserang campak dan rubella. Tahun 2016, dari 144 kasus, 46 orang dinyatakan positif campak.

Di tahun yang sama dengan jumlah kasus sama, 27 orang positif terinfeksi rubella. Sedangkan tahun 2017 dari 385 kasus, 34 dinyatakan positif campak dan 15 positif rubella.

Demikian diungkapkan Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. I Gusti Ayu Raka Susanti, M.Kes. Lanjutnya, dengan adanya program kampanye imunisasi MR oleh pemerintah, target imunisasi MR di Bali adalah 962.810 anak berusaia 9 bulan sampai 15 tahun. Hingga 8 Agustus, total cakupan imunisasi MR di Bali telah mencapai 23,27 persen.

Dokter Spesialis Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis RSUP Sanglah, dr. I Wayan Gustawan, M.Sc., Sp.A., program vaksin campak dan rubella kembali digencarkan lantaran kasus campak dan rubella sampai sekarang masih ada. Selain itu cakupan vaksin pun tidak merata di seluruh Indonesia. Terutama di luar Pulau Jawa dan Bali sehingga kasusnya pun masih banyak.

Baca juga:  Bule Bobol Vila Dilimpahkan ke Kejaksaan

Sejak tahun 2016, dilakukan surveilans khusus rubella, disebut surveilans CRS (congenital rubella syndrome). Ada 13 rumah sakit di seluruh Indonesia yang melakukan survei CRS. Hasil sementara, temuan kasus CRS tertinggi di Jawa Timur.

Sedangkan di Bali yaitu RSUP Sanglah sebagai tempat surveilans dari bulan Januari hingga Juni 2017 ditemukan 2 kasus. Dalam survey itu, gejala penderita CRS yaitu kelainan jantung, katarak kongenital dan tuli permanen. “Setiap tahun di RSUP Sanglah ada saja penemuan kasus baru rubella,” ujarnya.

Dokter Spesialis Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis RSUP Sanglah dr. I Made Gede Dwi Lingga Utama, Sp.A (K) menerangkan, penyakit campak adalah penyakit yang ringan jika tidak terjadi komplikasi. Karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya. Jika terjadi komplikasi bisa akan mengakibatkan gangguan pada paru, diare, infeksi otak, hingga yang lebih berat lagi.

Baca juga:  Masih, Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Hari Ini Lampaui Kasus Baru

Sementara rubella ini penyakit karena virus juga. Yang berbahaya pada ibu mengandung, maka bayinya akan lahir cacat terutama 3 bulan pertama mengandung.

Anak yang lahir bisa meninggal, mengalami kecacatan seperti kelainan jantung, gangguan pendengaran, katarak. “Begitu beratnya dampak yang ditimbulkan, sementara obatnya tidak ada. Sehingga satu-satunya jalan adalah pencegahan dengan imunisasi,” ujarnya.

Vaksin rubella diberikan pada anak-anak, padahal yang berakibat fatal dari infeksi ini adalah ibu. Hal itu karena jumlah anak-anak lebih besar dari ibu hamil. Sehingga dengan pemberian vaksin dengan populasi yang besar akan mampu melindungi ibu hamil yang populasinya lebih sedikit.

Tahun ini pemerintah melakukan kampanye vaksin MR dari Agustus hingga September. Ke depan, vaksin ini akan masuk imunisasi wajib dasar.

Baca juga:  Kesulitan Penuhi Pakan, Ribuan Tukik Dilepas

Sama halnya dengan pemberian vaksin yang lain, vaksin MR diberikan pada anak yang sehat, tidak demam atau mengalami penyakit parah lainnya. Tujuan vaksinasi adalah merangsang tubuh untuk membuat kekebalan.

Sehingga jika tubuh yang tidak fit, tidak bisa merangsang optimal untuk membentuk kekebalan. “Kalau dia tidak fit, antibodinya tidak terbentuk optimal, jadi tidak optimal perlindungannya,” imbuhnya.

Ketua IDAI Bali Dr.dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A (K) mengatakan, IDAI pusat hingga daerah mendukung program kampanye imunisasi MR ini. “Bahkan  kita memberikan dasar scientificnya. Teman-teman IDAI yang membidangi ini berkeliling untuk menyampaikan dasar scientificnya,” bebernya.

Anggota IDAI Bali yang kompeten di bidang infeksi dan penyakit torpis ke kabupaten – kabupaten, termasuk ke NTB dan NTT, memberikan dasar scientifinya. “Kita tidak hanya mendukung tidak hanya melaksanakan tapi juga memberikan dasar ilmiahnya,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *