BANGLI, BALIPOST.com – Macetnya pasokan air dari iriggasi induk Subak Sidembunut pascabencana tanah longsor yang terjadi di wilayah hulu, berdampak pada matinya ratusan ribu ekor ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Sidembunut. Tak hanya itu, tersendatnya pasokan air ke kolam juga berpengaruh pada produksi benih ikan sejak dua bulan terakhir.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BBI Sidembunut Sang Made Sasak, Senin (13/8) mengatakan macetnya pasokan air dari irigasi Subak Sidembunut ke BBI Sidembunut Central dan BBI Sidembunut Timur terjadi sejak 20 Juni. Kondisi itu mengakibatkan terjadinya kematian benih dasar sebanyak 490.000 ekor dan kematian induk nila sebanyak 150 ekor di kedua BBI tersebut.
“Dampaknya sangat besar. Akibat bencana tanah longsor, air yang mengalir ke BBI mengecil dan keruh. Karena oksigen di dalam kolam berkurang drastik, benih dasar kita yang sudah siap panen mati semua,” jelasnya.
Dikatakan juga bahwa penggabungan induk yang tidak sesuai dengan kapasitas kolam yang dilakukan sebagai upaya mengatasi kondisi tersebut, mengakibatkan banyak induk ikan mengalami stress berat. Kesehatan induk ikan menjadi terganggu akibat kekurangan oksigen.
Dikatakan Sasak, karena kondisi air yang keruh, banyak ikan naik ke permukaan unuk mengambil oksigen langsung dari udara. Hal ini lama kelamaan menyebabkan terjadinya kerusakan fatal pada insang ikan.
Keruhnya air juga mengakibatkan terganggunya penglihatan ikan yang menjadi salah satu sebab menurunya nafsu makan ikan. “Kondisi air kolam yang menyusut dan oksigen di dalam kolam yang semakin menipis berdampak induk ikan tidak bisa berproduksi,” terangnya.
Sasak mengatakan saat kondisi air masih normal, pihaknya bisa memproduksi benih dasar dua kali dalam seminggu. Dalam sekali produksi, jumlah benih dasar yang dipanen sebanyak 40 ribu ekor benih. “Sekarang nihil. Dengan kondisi seperti ini, induk ikan tidak dapat berproduksi sama sekali,” ujarnya.
Lanjut dikatakannya untuk menyelamatkan induk ikan yang masih tersisa, pihaknya telah melakukan pemindahan ke BBI Serokadan sebanyak empat paket induk (1.600 ekor). Karena daya tampung dan persediaan tidak mencukupi untuk menampung 12 paket induk (4.600 ekor) induk.
Sisanya dibagi untuk dtampung di BBI Sdembunut Timur sebanyak 6 paket (2.400 ekor) dan di BBI Sidembunut Central ditempatkan sebanyak 2 paket (800 ekor). Agar induk ikan bisa bertahan hidup lebih lama pada kolam yang keruh, pihaknya melakukan upaya pemasangan aerasi di masing-masing kolam induk.
Tujuannya untuk menambah pasokan oksigen dalam air. Di samping itu, untuk menambah oksigen dan sedikit menormalkan suhu air di dalam kolam, pihaknya juga berupaya dengan memutar atau memindahkan induk ikan yang dibeli Pemkab Bangli sekitar 2016 dari kolam satu ke kolam lainnya.
Sasak mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan pasokan air dari irigasi Subak Sidembunut akan bisa kembali normal. Terkait hal itu pihaknya sudah terus melakukan koordinasi dengan Dinas PUTRPerkim Bangli baik secara resmi dengan bersurat maupun non formal.
Hanya saja diakuinya belum ada kepastian. “Sekarang karena produksi benih dasar kita terganggu, untuk sementara ini yang memerlukan benih kita sarankan untuk mencari ke Tabanan. Atau kalau memang tidak ada kita silakan untuk mendatangkan dari Jawa,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)