LOMBOK, BALIPOST.com – Gempa beruntun terjadi di Lombok sejak 29 Juli 2018 sebesar 6,4 Richter, disusul gempa yang lebih besar lagi seminggu kemudian sebesar 7 Richter, dan gempa susulan sebesar 6,2 Richter pada 9 Agustus. Diantara gempa besar tersebut bahkan setelah gempa yang terakhir, terdapat banyak gempa susulan.
BMKG mencatat ada lebih dari 500 gempa susulan terjadi di Lombok sejak 29 Juli 2018. Akibat sejumlah gempa ini, Yayasan Peduli Anak (YPA) yang memiliki sejumlah asrama dan sejumlah fasilitas penunjang lainnya luluh lantak diguncang gempa.
YPA merupakan rumah bagi kurang lebih 100 anak yatim piatu, anak jalanan dan terlantar di Lombok Barat, NTB. Yayasan ini didirikan sejak 2006 oleh seorang warga Belanda, Chaim Fetter, dan beberapa teman dari Lombok. “Kami membangun Peduli Anak sedikit demi sedikit, satu per satu gedung kami bangun dari dana sumbangan donatur. Usaha kami selama lebih dari 10 tahun membangun Peduli Anak kini hilang dalam hitungan detik,” kata Chaim.
YPA memiliki 4 rumah asrama untuk anak-anak, Sekolah Dasar, Sekolah Keterampilan, Musholla, kantor dan fasilitas penunjang lainnya. Namun, gempa bersusulan yang terjadi sejak dua minggu terakhir ini menyebabkan kerusakan mulai dari ringan sampai berat di banyak bangunan YPA.
Bahkan semua rumah asrama anak mengalami kerusakan parah sampai ambruk sehingga tidak bisa ditempati lagi. Untungnya, anak-anak dan karyawan selamat dari gempa dan tidak ada yang terluka karena sewaktu gempa 7 Richter terjadi, mereka sedang berada di musholla yang semi terbuka. Namun, gempa tersebut membuat semua anak sangat ketakutan dan trauma.
Segera setelah gempa tersebut terjadi, Chaim membuat video dimana ia berdiri di depan bangunan rumah yang ambruk dan meminta pertolongan kepada semua pihak. Setelah mengunggah video ini ke media sosial @pedulianak, media internasional seperti BBC, CNN, ABC, dan beberapa media internasional lainnya langsung merespon untuk interview dan menanyakan langsung situasi di yayasan.
Begitu pula bantuan barang seperti makanan, air, tenda dan uang juga berdatangan dari teman, relasi, sponsor, bahkan dari turis-turis yang kebetulan berada di Lombok. Sayangnya hingga hari ini, masih belum ada bantuan atau perhatian dari pemerintah.
Padahal, ada banyak juga warga desa-desa dekat YPA yang kehilangan rumah dan butuh bantuan dasar untuk bertahan hidup. YPA merasa ikut bertanggung jawab atas mereka dan menyalurkan sebagian bantuan ke desa-desa tersebut.
“Kami berencana untuk membangun 10 rumah sederhana tahan gempa agar kami dapat menampung 100 anak,” kata Nurdiana, Ketua Yayasan Peduli Anak.
Selain itu, lanjutnya, yayasan juga akan membangun infrastruktur pendukung seperti musholla dan dapur umum, serta memperbaiki kantor dan gedung Sekolah Dasar Peduli Anak. “Kami berharap gempa susulan segera hilang dan kami punya dana yang cukup sehingga kami bisa mulai membangun kembali” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)