Proses pengolahan belut goreng di Poklahsar (Kelompok Pengolahan dan Pemasaran) Taman Grya yang mengikuti syarat standardisasi nasional.(BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Meski memiliki lahan pertanian yang luas, tetapi pengusaha kripik belut di Tabanan justru mendapatkan bahan baku dari luar Bali dalam hal ini Jawa. Padahal nilai tambah jika petani melakukan penangkapan belut dan kemudian dijual ke pelaku usaha kripik belut cukup besar dimana harga belut saat ini mencapai Rp 60 ribu per kilo. Harga ini naik dari harga sebelumnya yang rata-rata Rp 40 ribu per kilo.

Pengusaha kripik belut, Ida Bagus Made Tresna Yasa, Jumat (17/8) mengatakan untuk memenuhi bahan baku kripik belut, pihaknya membeli dari Jawa. Untuk bisa memenuhi kebutuhan produksi, rata-rata diperlukan 50 kilogram belut per harinya. “Bisa lebih dari itu. Kita saat ini buat kripik sesuai pesanan. Jadi berapa pesanan yang masuk,  kita akan berusaha mencari bahan bakunya. Memang agak sulit karena di Bali jarang ada yang mau menangkap belut,” ujarnya.

Baca juga:  Tabanan Akan Tambah Dua Mobil Damkar Baru

Tresna melanjutkan meski lahan pertanian di Tabanan luas namun masih sedikit petani atau masyarakatnya yang mau menangkap belut. Hal ini mungkin dikarenakan menangkap belut memerlukan waktu yang ekstra dimana menangkapnya harus pada malam hari. “Ada yang menangkap tapi tidak banyak. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku harus dari Jawa,” ujarnya.

Usaha kripik belut bernama Poklahsar (Kelompok Pengolahan dan Pemasaran) Taman Grya yang dijalani Tresna adalah usaha keluarga yang dirintis kakeknya. Sekarang ia dan ayahnya bersama empat tenaga kerja memenuhi pesanan kripik belut di warung-warung ataupun swalayan yang ada di seputaran Tabanan, Gianyar dan Kuta. Produknya semakin berkualitas setelah beberapa waktu lalu mendapatkan Sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2017 lalu.

Baca juga:  Kreatif, Petani Ini Manfaatkan Tanah Marginal hingga Olah Hasil Panen

Selain memenuhi pesanan dari pasar yang dirintis sendiri, Poklahsar Taman Grya juga memenuhi permintaan dari PDDS Tabanan yang menyalurkan ke pasar Oleh-Oleh di DTW Tanah Lot dan toko modern lainnya yang bekerjasama dengan PDDS Tabanan. “Kalau untuk yang di Tanah Lot setiap bulan diminta 25 kilogram kripik belut,” ujarnya. Rata-rata produksi kripik belut yang dihasilkan Poklahsar Taman Grya sebanyak 40 kilo sehari yang dijual Rp 180 ribu per kilo. Kemasan sesuai keinginan ada yang 1 kilogram, setengah kilogram dan 250 gram. “Yang kemasan setengah kilogram harganya Rp 90 ribu dan yang seperempat kilogram harganya Rp 45 ribu. Ada juga kemasan keci-kecil dengan harga Rp 5000 per bungkus,” ujarnya. (wira sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Bangga Jadi Petani Jangan Sekadar “Tagline”
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *