DENPASAR, BALIPOST.com – Pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bali, I G. Bagus Saputera, Jumat (17/8). Menurutnya, kondisi bangsa saat ini tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan terdahulu.

Ini lantaran masih banyak kemiskinan setelah 73 tahun Indonesia merdeka. “Hampir 40 persen rakyat masih miskin, yang kita inginkan bukan seperti ini, yang kita inginkan negara yang cukup sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, kebutuhan sehari-hari itu harus cukup,” ujar pria berusia 89 tahun ini ditemui usai mengikuti Upacara Bendera HUT RI ke-73 di Lapangan Renon.

Baca juga:  Tabanan Belum Bisa Lakukan Tera Mandiri

Bagus Saputera menambahkan, ada kesalahan dalam manajemen bangsa. Itu sebabnya, daya beli masyarakat rendah ditengah biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya yang serba mahal. Belum lagi masih banyak yang menganggur dan ada masalah kesenjangan sosial.

Masyarakat cenderung materialistis dan transaksional. “Hanya mikir uang saja, tidak takut sama takut. Sudah bersumpah demi Tuhan bekerja untuk nusa dan bangsa, lalu jadi koruptor,” imbuhnya.

Bali sendiri, lanjut Bagus Saputera, juga tidak lepas dengan keadaan di pusat. Namun, pulau ini masih beruntung karena 80 persen masyarakat masih mempertahankan budaya. Apalagi, Bali tidak memiliki sumber daya alam seperti tambang minyak, emas, batubara, atau kelapa sawit. “Kita hanya punya budaya, kita lestarikan itu. Kita punya Tri Hita Karana, itu dijaga,” jelasnya.

Baca juga:  Bertarung dengan Lengan Patah, Pesilat Wahyu Sabet Emas PON

Bagus Saputera sudah turun ke medan perang di usia 15 tahun, utamanya dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Dikatakan, Belanda kembali datang setelah proklamasi kemerdekaan RI.

Masih lekat dalam ingatannya, Belanda datang ke Bali pada 2 Maret 1946 dengan mendaratkan 2 batalyon tentara di Sanur, Denpasar. Kala itu, ia diminta untuk memata-matai Belanda di Sanur.

Sementara I Gusti Ngurah Rai menghadap Presiden pertama RI, Ir. Soekarno untuk meminta bantuan senjata. “Karena kita belum terkoordinasi dengan baik, Belanda dengan cepat menguasai kota-kota di Bali. Tapi kemudian perintah Pak Rai, saudara jangan menyerah. Hanya orang yang berani mati, bisa negeri ini merdeka. Kalau tidak berani mati, tidak mungkin merdeka,” kenangnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Dari Rencana "Groundbreaking" Pelabuhan di Nusa Penida hingga Kebakaran Dekat Lapas Kerobokan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *