GIANYAR, BALIPOST.com – Ada yang unik dari balai kulkul di Banjar Puri Chandra Asri, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati. Balai kulkul dengan ketinggian hingga 7 meter lebih ini menggunakan teknologi microcontroler. Yakni palu pemukul akan bergerak membunyikan kulkul, cukup dengan dipacu pesan SMS dari ponsel kelian di banjar setempat.
Kelian Dinas Banjar Puri Chandra Asri, Made Aswin Sugihartana ST. menerangkan kulkul merupakan media komunikasi yang hingga kini masih digunakan. Hanya dalam membunyikannya ini pihaknya kini dibantu dengan teknologi. “Esensi untuk fungsi kulkul masih tetap sama, hanya sebelumnya ini dibunyikan oleh orang, sekarang kami dibantu media teknologi,“ ucapnya ditemui Senin (20/8).
Teknologi tersebut menggerakan palu pemukul, yang bekerja dengan pemicu pesan singkat dari kelian dinas setempat. Dikatakan no kelian dinas itu sendiri sudah dimasukan dalam program alat tersebut. “No kelian adat dan dinas sudah terprogram dalam alat ini, kemudian kita dimana saja bisa membunyiakan, tinggal mengrim pesan SMS ke no alat tersebut,“ jelasnya.
Pembunyian kulkul pun menggunakan sandi khusus yang sudah disiapkan, misalnya sandi 01 untuk membunyikan kulkul paruman warga di balai banjar, 02 untuk kulkul bila ada kematian dan sandi 03 untuk membunyikan kulkul bulus bila terjadi bencana seperti kebakaran atau semacamnya. “Jadi dari rumah atau tempat kerja pun saya selaku kelian dinas bisa langsung membunyikan kulkul, tanpa harus naik ke balai kulkul yang tingginya mencapai 7 meter lebih,“ ujarnya.
Diungkapkan teknologi ini diperoleh sebagai hibah dari salah satu perguruan tinggi di Bali. Teknologi ini pun sudah diuji cobakan sejak sebulan lalu, dan di lounching pada hari kemerdekaan 17 Agustus 2018. “ Selama uji coba, teknologi ini berjalan dengan baik dan sangat membantu, kemudian ini kita lounching bersamaan dengan hari kemerdekaan,“ kata kelian dinas yang sudah menjabat sejak 2013 ini.
Diketahui Banjar Puri Chandra Asri memiliki 330 KK yang terdiri dari warga lokal dan pendatang. Banjar ini sendiri dibentuk pada 1983, kemudian resmi berdiri pada 1986 sebagai bagian dari Desa Batubulan Kecamatan Sukawati.
Menurutnya alat ini menjadi teknologi yang berbudaya, yakni tetap menjalankan budaya dengan dipermudaha teknologi. “ Teknologi ini mempermudah budaya itu sendiri, dan ini benar-benar kreasi anak muda milenial. Kita tidak bisa menolak kehadiran teknologi, tetapi bagaiamana agar teknologi bisa mempermudah budaya,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)