SINGARAJA, BALIPOST.com – Budi daya Tembakau Virginia di Buleleng mengalami serangan penyakit ganas. Akibatnya lahan yang sudah ditanami tembakau mengalami kerusakan hingga 15 persen dari luas lahan keseluruhan. Serangan penyakit ini, mengakibatkan petani menelan kerugian.
Ada sekitar satu hektar lahan yang sudah ditanami tembakau gagal panen dan untuk menekan kerugian petani terpaksa mengganti dengan menanam jagung. Umumnya serangan penyakit disebarkan oleh Jamur Phytophtora dan Bakteri Mozaik.
Paling parah serangannya ditemukan di Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt. Di Desa ini, lahan seluas sekitar 1 hektar terserang kedua penyakit ini dengan intensitas serangan berat. Bahkan, petani di desa ini gagal panen dan untuk mengurangi kerugian modal yang sudah dikeluarkan, petani terpaksa menanam jangung atau jenis palawija lain.
Sedangkan di desa lain serangan penyakitnya tergolong kecil, namun petani juga tidak bisa mengganti tanaman yang terserng penyakit ganas ini. Tanaman yang terserang itu pun dicabut lalu dimusnahkan untuk mengurangi resiko penyebaran yang meluas ke lahan yang lain.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Buleleng Agung Adnyana mengatakan, Jamur Phytophtora mengakibatkan daun tembakau menguning sebelum cukup umur dipanen. Daun yang terlanjur tersereng itu lebih dikenal dengan istilah lanas.
Sedangkan Bakteri Mozaik menyerang dari batang hingga daun paling atas. Akibat serangan bakteri ganas ini pertumbuhan tembakau kerdil dan tekstur daun seperti kulit kriput. Tanaman yang tersereng itu dipastikan tidak akan bisa tumbuh normal dan kalau dipaksakan serangannya akan bertambah parah.
Atas serangan kedua penyakit ini, petani bisa melakukan pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang sudah terlanjur disereng. Untuk mencegah penularannya, petani kemudian menaburkan Dolomit, pada bekas lubang tanaman yang tesereng. Hanya saja, langkah ini epektif bisa dilakukan kalau intensitas serangan ringan. Hanya saja, laporan dari rekan sesama petani menyebut ada areal kebun tembakau intensitas serangan penyakit-nya tinggi.
Atas kondisi itu, petani gagal melanjutkan usaha taninya karena tembakau gagal panen. Menekan kerugian yang dialami, petani mengisi lahan dengan jagung atau palawija yang lain. “Hampir merata ada serangan penyakit ini. Kalau yang intensitas serangannya ringan itu sudah bisa ditangani dengan pemusnahan tanaman yang sudah trsereng. Namun yang tidak bisa diselamatkan lagi itu ada sekitar 1 hektar dan sekarang sudah ditanami jagung dan kacang-kacangan,” katanya.
Di sisi lain Agung Adnyana mengataan, dua penyakit ini sudah menjadi penyakit “langganan” yang tidak bisa dibasmi dengan permanen. Penyekit ini seperti tidak bisa diputus mata rantainya karena beberapa faktor penyebab diantaranya pemakaian benih tanaman yang yang sama setiap musim tanam. (mudiarta/balipost)