TABANAN, BALIPOST.com – Pabrik pengolahan sampah plastik di Tabanan rencananya akan mulai menjalani aktivitasnya pada Oktober 2018 ini. Dalam pemenuhan bahan baku, pabrik ini bekerjasama dengan Bumda Tabanan yaitu PDDS (Perusahaan Daerah Dharma Santika).
Untuk satu bulan Bumda diminta menyiapkan sebanyak 400 ton sampah plastik. Saat ini Bumda sedang melakukan penjajakan agar bisa memenuhi kouta tersebut. Masalah awal yang dialami adalah mengenai harga beli sampah plastik yang ditentukan pabrik pengolahan sampah masih dibawah harga pasaran.
Kepala Bagian Perencanaan PDDS Tabanan, I Made Pasek Dharma, Jumat (24/8) mengatakan harga beli sampah plastik yang ditawarkan pihak pabrik masih di bawah harga sampah plastik di bank sampah dan pengepul. “Karena harganya masih di bawah, kami dari Bumda baru bisa membeli sampah plastik dengan harga Rp 500 per kilo untuk sampah plastik nano dan Rp 2000 per kilogram untuk sampah botol plastik,” ujar Pasek.
Dari informasi, harga botol plastik di bank sampah dijual Rp 6000 per kilogram. “Jadi perbandingannya jauh. Sehingga susah memenuhi bahan baku jika tergantung dengan bank sampah yang ada saat ini,” ujar Pasek.
Tantangan lain adalah sulitnya akses ke pengepul sampah yang ada di Tabanan. Selain tidak mau buka-bukaan soal harga, para pengepul ini sudah memiliki mou tersendiri dengan pabrik atau pengusaha pengelolaan sampah plastik di Jawa.
Padahal satu pengepul di Tabanan bisa mengumpulkan sebanyak 20 ton dalam sebulan. “Dari data kami ada tiga pengepul sampah plastik di Tabanan. Tetapi sebenarnya masih ada sekitar dua atau tiga lagi. Ini masih dijajaki karena mereka dalam sebulan bisa mengumpulkan 20 ton sampah plastik,” jelas Pasek.
Meski mendapatkan tantangan di awal, lanjut Pasek pihak Bumda Tabanan tidak menyerah di awal. Untuk langkah pertama, pihaknya mengambil sampah dari TPA Mandung dimana pada pengumpulan satu minggu pertama terkumpul sebanyak dua ton sampah plastik.
Menurut Pasek jumlah sampah ini didapatkan tidak dari semua pemulung yang mengambil sampah plastik di TPA Mandung. “Jumlah pemulung di TPA Mandung ada 13 orang. Belum semua yang menyetor sampahnya ke Bumda dan memilih untuk menjual ke bank sampah atau pengepul lain. Diharapkan secara perlahan semuanya bisa menyetor ke Bumda. Terlebih Bumda belinya tunai,” jelas Pasek.
Ia melanjutkan memang susah untuk mendapatkan sampah dari bank sampah yang dikelola secara swasta dan pengepul. Sebab mereka sudah memiliki pasar dan harga sendiri. Karenanya, Bumda mencoba melakukan sosialiasi ke desa-desa yang belum memiliki bank sampah sehingga sampah plastik yang belum terkelola ini bisa didapatkan oleh Bumda.
Sebagai langkah awal, sudah ada satu desa di Selemadeg yang tertarik untuk membuat bank sampah yang nantinya pengumpulan sampahnya dikelola Bumdes. “Diharapkan intansi terkait membantu sosialisasi ini sehingga akan muncul bank sampah baru di setiap desa yang nantinya dikelola oleh Bumdes,” harap Pasek.
Ia yakin jika setiap desa di Tabanan melakukan pemilahan sampah, maka kouta 400 ton bisa dipenuhi. Terlebih jika melihat masih banyak sampah plastik yang terbuang ke TPA maupun pekarangan dan sungai tanpa diolah dan dipilah terlebih dahulu. (Wira Sanjiwani/balipost)